JAKARTA, Cobisnis.com – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meninggalkan Kyiv yang dingin dan terus diguncang serangan misil pada Minggu untuk bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump di ruang makan berlukisan fresco di Mar-a-Lago, Florida. Dalam pertemuan itu, Zelensky berharap memperoleh persetujuan Trump atas rancangan baru rencana perdamaian 20 poin guna mengakhiri perang di negaranya.
Namun, setelah lebih dari tiga jam pembicaraan, tidak ada terobosan besar yang diumumkan. Kedua pemimpin menegaskan bahwa proses perdamaian sangat rumit dan membutuhkan waktu. Trump, yang sebelumnya pada hari yang sama berbicara lewat telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, juga masih menunjukkan pandangan yang relatif simpatik terhadap posisi Moskow. Meski begitu, berbeda dengan beberapa pertemuan sebelumnya, Trump memuji Zelensky dan menyatakan keyakinannya bahwa perdamaian semakin dekat.
“Saya pikir kita sudah jauh lebih dekat, bahkan mungkin sangat dekat,” ujar Trump.
Trump mengatakan tim Amerika Serikat, Ukraina, dan Eropa akan terus menggelar pertemuan dalam beberapa pekan ke depan, kemungkinan di Washington. Ia juga diperkirakan akan kembali berbicara dengan Putin, yang persetujuannya dibutuhkan dalam setiap kesepakatan damai potensial.
Berikut sejumlah poin penting dari pertemuan tersebut:
Perang Bisa Berakhir, Atau Berlanjut Tanpa Batas
Usai menyambut Zelensky di tangga Mar-a-Lago, Trump menegaskan bahwa ia tidak memiliki tenggat waktu khusus untuk mengakhiri perang Ukraina. Namun, ia juga menyiratkan bahwa momentum saat ini dengan pembicaraan intensif yang dipimpin utusannya Steve Witkoff dan menantunya Jared Kushner—merupakan kesempatan terbaik untuk mengakhiri konflik yang hampir berlangsung empat tahun.
“Saya pikir kita berada di tahap akhir pembicaraan,” kata Trump. “Entah perang ini berakhir, atau akan terus berlanjut dalam waktu lama dan jutaan orang tambahan akan terbunuh.”
Trump mengakui frustrasinya terhadap lambannya proses perdamaian dan bergantian menyalahkan Zelensky maupun Putin. Setelah berjanji saat kampanye 2024 bahwa ia dapat menyelesaikan perang dalam satu hari setelah menjabat, Trump kini mengakui konflik itu jauh lebih rumit dari perkiraannya.
Putin Tidak Hadir, Tapi Perannya Tetap Terasa
Putin tidak datang ke Florida dan sudah bertahun-tahun tidak mengunjungi Amerika Serikat. Namun, pengaruhnya tetap terasa. Trump berbicara lebih dari satu jam dengan Putin sebelum pertemuan dengan Zelensky, dan menyatakan akan kembali menghubunginya setelahnya.
Trump bahkan memuji Putin terkait pengelolaan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, salah satu isu sensitif dalam negosiasi.
“Presiden Putin sebenarnya bekerja sama dengan Ukraina untuk membukanya kembali,” kata Trump. “Itu langkah besar.”
Trump juga menegaskan keyakinannya bahwa Putin serius menginginkan perdamaian.
Sepuluh Persen Terakhir Yang Paling Sulit
Menjelang pertemuan, Zelensky mengatakan sekitar 90% poin rencana perdamaian telah disepakati angka yang kembali ia sebutkan setelah pertemuan. Namun, Trump menyebut dirinya tidak suka menggunakan persentase. Sisa 10% itulah yang paling sulit, terutama terkait nasib pembangkit nuklir dan konsesi wilayah. Trump berpendapat lebih baik membuat kesepakatan wilayah sekarang sebelum Rusia memperluas invasinya.
“Sebagian wilayah itu sudah direbut, sebagian mungkin akan direbut dalam beberapa bulan ke depan,” kata Trump. “Apakah lebih baik membuat kesepakatan sekarang?”
Zelensky menyatakan kesediaannya membawa kesepakatan damai ke referendum nasional, meski menegaskan gencatan senjata diperlukan terlebih dahulu. Rusia sendiri menolak wacana gencatan senjata dan melanjutkan serangan misil serta drone menjelang pertemuan tersebut.
Hubungan Yang Tetap Rumit
Sejak pertemuan pertama yang penuh ketegangan pada Februari, setiap pertemuan Trump dan Zelensky terus diawasi dari segi nada dan sikap. Kali ini, Trump menyambut Zelensky dengan pujian.
“Pria ini telah bekerja sangat keras, sangat berani, dan rakyatnya juga sangat berani,” kata Trump.
Zelensky beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada Trump, sebuah sikap yang mencolok mengingat sebelumnya ia pernah dikritik karena dianggap kurang menghargai peran AS. Pertemuan di Mar-a-Lago, meski tidak dirancang sebagai ajang membangun hubungan personal, memberikan suasana yang lebih santai dibanding Gedung Putih.
“Ia masuk dan berkata, ‘Tempat ini indah,’” kata Trump. “Saya rasa dia tidak ingin pergi ke Gedung Putih lagi.”














