JAKARTA, Cobisnis.com – Langkah politik Donald Trump di Indiana berubah menjadi salah satu kesalahan terbesar yang justru melemahkan pengaruhnya di tubuh Partai Republik. Upayanya menekan legislatif negara bagian untuk menyetujui peta baru yang menguntungkan Partai Republik ternyata berbalik arah. Bukan hanya gagal memenangkan pertarungan, Trump justru mendapat salah satu penolakan terbesar dari rekan partainya pada momen politik yang kurang menguntungkan baginya.
Senat Indiana pada Kamis akhirnya menolak proposal peta distrik baru tersebut dengan suara 31–19, padahal Partai Republik memegang 40 dari 50 kursi. Peta itu sebelumnya didorong oleh Trump agar Partai Republik bisa unggul di seluruh 9 distrik, bukan hanya 7. Namun mayoritas senator Partai Republik memilih menentang, bahkan setelah tekanan besar dikerahkan dari berbagai arah. Tekanan itu datang dari Wakil Presiden JD Vance, Ketua DPR AS Mike Johnson, hingga ancaman politik dari Trump sendiri yang menyebut akan mendukung penantang pada pemilu primer bagi mereka yang menolak.
Penolakan besar ini semakin signifikan mengingat banyak legislator Partai Republik menghadapi ancaman yang dilaporkan menyasar sekitar seperempat anggota Senat negara bagian. Sen. Michael Young, salah satu pendukung peta baru, bahkan memperingatkan bahwa banyak rekan partainya yang akan kehilangan kursi pada pemilu mendatang akibat memilih menentang Trump. Namun mayoritas anggota tetap menolak, bahkan ketika risiko politik dan keamanan semakin nyata.
Beberapa anggota legislatif menilai tekanan itu justru menjadi boomerang. Sen. Greg Walker menyatakan dirinya menolak tunduk pada ancaman politik kekerasan, sebab hal itu dapat menciptakan preseden buruk dalam proses legislasi. Sikap kolektif para legislator ini menunjukkan keteguhan yang jarang terlihat dalam menghadapi tekanan Trump.
Penolakan di Indiana menjadi salah satu pemberontakan terbesar dalam Partai Republik terhadap Trump dalam isu yang sangat kentara. Sebelumnya memang ada sejumlah penolakan terkait kebijakan luar negeri atau pembukaan berkas Jeffrey Epstein, tetapi skalanya tidak sebesar ini. Kali ini, anggota legislatif Partai Republik dengan sadar memilih mengambil risiko politik, bahkan ketika mereka bisa saja memilih aman.
Bagi Trump, semua ini menambah bukti bahwa cengkeramannya pada Partai Republik mulai melemah. Survei belakangan menunjukkan adanya retakan dalam basis pendukungnya. Selain itu, muncul tokoh-tokoh seperti Marjorie Taylor Greene yang dulu loyalis garis keras yang kini justru menentang Trump di berbagai isu. Greene bahkan menyatakan akan mengundurkan diri dari Kongres setelah serangkaian perselisihan dengan Trump, sebuah tanda lain melemahnya dominasi sang mantan Presiden.
Selama ini loyalitas dalam Partai Republik kerap ditegakkan melalui rasa takut terhadap serangan politik Trump. Namun insiden Indiana menggambarkan bahwa ketakutan itu tak lagi setangguh dulu. Jika pengaruhnya terus mengalami erosi, posisi politik Trump dapat menjadi jauh lebih rentan. Penolakan besar di Indiana menjadi salah satu bukti paling jelas bahwa kekuatan Trump tidak lagi absolut dan bahwa langkah salah di negara bagian tersebut menjadi kesalahan besar yang justru memperlihatkan kelemahannya.














