JAKARTA, Cobisnis.com – PT Janu Putra Sejahtera Tbk (AYAM) kembali menjadi sorotan setelah laporan keuangan per 30 September 2025 menunjukkan kerugian serta penurunan pendapatan dan pembelian ayam tahun berjalan.
Meski manajemen memaparkan sejumlah langkah perbaikan, berbagai catatan kritis muncul mengenai efektivitas dan konsistensi strategi perusahaan di tengah tekanan industri unggas.
Dilansir dari Keterbukaan Informasi, Jumat (12/12/2025) manajemen menyebut telah melakukan penyesuaian kapasitas produksi di lini DOC, broiler, dan RPA, meningkatkan efisiensi operasional, memperketat pengelolaan biaya, serta menerapkan manajemen arus kas yang lebih hati-hati.
Selain itu, perseroan mengaku mulai melakukan diversifikasi segmen penjualan dengan menyasar lebih banyak pembeli institusional. Namun, hingga kuartal ketiga, langkah-langkah tersebut belum menunjukkan hasil signifikan, terlihat dari masih berlanjutnya tren kerugian.
Di sisi lain, perseroan menempatkan tekanan industri unggas sebagai penyebab utama penurunan pendapatan. Momentum Lebaran yang biasanya menjadi pendorong penjualan justru gagal mengangkat permintaan.
Harga livebird tetap rendah, sementara biaya pakan yang menyerap 70 hingga 80 persen total biaya produksi melambung tinggi. Melemahnya daya serap pasar di sejumlah wilayah juga memperburuk performa.
Kendati demikian, penjelasan ini menimbulkan pertanyaan apakah perusahaan telah menyiapkan strategi mitigasi risiko yang lebih kuat mengingat pola volatilitas industri unggas sudah terjadi berulang kali dalam tahun-tahun sebelumnya.
Penurunan pembelian ayam tahun berjalan juga menjadi sorotan. Perusahaan berdalih bahwa penyesuaian ini adalah langkah internal untuk menjaga efisiensi, termasuk pengaturan kapasitas kandang, penjadwalan ulang siklus panen, dan pengendalian biaya.
Meski diklaim sebagai langkah terukur, keputusan tersebut justru memunculkan kekhawatiran mengenai kemampuan perusahaan menjaga kontinuitas produksi di tengah menurunnya skala operasi.
Dengan tekanan industri yang sudah bisa diprediksi secara siklikal, investor menantikan strategi jangka panjang yang lebih konkret, bukan sekadar penyesuaian operasional sementara.
Hingga kini, PT Janu Putra Sejahtera Tbk belum memberikan target pemulihan kinerja yang lebih terukur. Publik dan investor pun menunggu apakah perbaikan yang dijanjikan benar-benar mampu mengangkat performa perusahaan pada periode mendatang atau justru hanya menjadi penjelasan rutin tanpa dampak nyata.














