JAKARTA, Cobisnis.com – Isu krisis air bersih kembali menjadi sorotan setelah perbincangan mengenai kebutuhan air untuk sistem pendingin pusat data (data center) dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) viral di media sosial. Banyak pihak mempertanyakan apa hubungan antara kelangkaan air bersih dan pesatnya pertumbuhan industri digital. Nyatanya, permintaan air bersih untuk teknologi modern, terutama untuk keperluan cooling server, meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Fenomena ini memicu diskusi publik karena lapisan air tanah dan ketersediaan sumber air bersih di berbagai belahan dunia terus menurun. Dengan kebutuhan air yang makin besar sementara cadangan menyusut, beberapa ahli memperingatkan bahwa tekanan terhadap ekosistem air bersih bisa meningkat signifikan dalam 2–3 tahun ke depan jika tidak diimbangi inovasi berkelanjutan.
CEO CNPT dalam sebuah pernyataannya menegaskan bahwa kebutuhan air untuk operasional pusat data merupakan tantangan nyata yang sedang dihadapi seluruh perusahaan teknologi besar, termasuk Meta dan perusahaan pengembang AI global lainnya. Menurutnya, perusahaan-perusahaan tersebut kini berlomba menghadirkan teknologi pendinginan yang lebih efisien dan hemat air.
“Perkembangan AI membutuhkan infrastruktur yang sangat besar, dan pendinginan server menjadi faktor utama. Industri sedang bergerak untuk mencari solusi pendinginan baru yang tidak membebani pasokan air bersih,” ujarnya.
Beberapa negara mulai mengembangkan konsep pusat data bawah laut sebagai jawaban atas meningkatnya kebutuhan energi dan pendinginan yang lebih efisien. Penggunaan laut sebagai media pendingin dinilai dapat mengurangi tekanan terhadap konsumsi air bersih, sekaligus meminimalkan jejak karbon dari sistem pendinginan konvensional.
Di Tiongkok, inovasi serupa tengah dieksplorasi sebagai upaya jangka panjang untuk menekan penggunaan air tawar. Pemanfaatan air laut dianggap lebih berkelanjutan karena tidak mengganggu cadangan air bersih yang diperlukan masyarakat.
Para pengamat menilai dorongan inovasi ini penting untuk memastikan bahwa pertumbuhan teknologi tidak mengorbankan kebutuhan dasar manusia. Dengan konsumsi energi dan air yang terus meningkat seiring berkembangnya AI, industri digital dituntut untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.
Meski demikian, berbagai pihak mengingatkan bahwa kesadaran publik juga memegang peran penting. Dengan penyebaran informasi yang viral, kepedulian terhadap krisis air bersih makin meningkat. Harapannya, inovasi teknologi dan kebijakan pengelolaan sumber daya air dapat berjalan beriringan untuk melindungi masa depan pasokan air dunia.














