JAKARTA, Cobisnis.com – Dalam budaya populer, sosok penyihir perempuan identik dengan gaun hitam panjang, jubah, topi runcing, dan sapu terbang tampilan yang dipopulerkan oleh film The Wizard of Oz (1939). Namun, dalam sekuel film terbaru “Wicked: For Good” garapan Jon M. Chu, ada perubahan kecil namun signifikan pada karakter Elphaba yang diperankan Cynthia Erivo: untuk pertama kalinya, sang penyihir memakai celana.
Perubahan itu terlihat sejak adegan pembuka, ketika Elphaba turun dari langit untuk menyelamatkan para hewan yang terancam. Celana slim fit tersebut kembali ia kenakan ketika menjadi buronan warga yang melakukan perburuan penyihir.
Menurut Paul Tazewell, perancang kostum pemenang Oscar yang mengerjakan dua film Wicked, keputusan itu merupakan pilihan gaya dan tematik. Elphaba, yang sejak kecil dikucilkan karena warna kulitnya, menggunakan pakaian sebagai bentuk perlindungan sekaligus ekspresi diri. Saat hidup dalam pelarian di hutan, gaunnya yang rusak tak lagi memadai, sehingga siluet celana dipilih untuk menambah kelincahan dan menghadirkan kesan lebih tegas.
Celana tersebut juga menjadi simbol kebebasan dan kemandirian yang baru ia temukan. Tazewell menjelaskan bahwa pakaian itu merepresentasikan fase di mana Elphaba menempatkan dirinya sebagai sumber kekuatan, menemukan cinta diri, dan menolak batasan sosial yang dianggap tidak adil.
Representasi penyihir dalam budaya pop memang beragam dari sosok menyeramkan ala Roald Dahl hingga karakter modern seperti Sabrina, Hermione, atau para penyihir dalam The Vampire Diaries. Namun Elphaba berbeda: ia bukan glamor atau mengerikan, melainkan simbol pemberdayaan moral dan keberanian melawan stigma.
Para ahli menilai perubahan ini sejalan dengan perjalanan perempuan pada abad ke-19 hingga 20, ketika mereka mulai memasuki ruang publik dan mengenakan celana agar lebih bebas bergerak. Dari “bloomers” era Amelia Bloomer hingga popularisasi celana oleh Coco Chanel, celana pada perempuan selalu diasosiasikan dengan kemandirian dan pembebasan.
Untuk menjaga agar Elphaba tidak “tenggelam” dalam kostum hitam, Tazewell menggunakan tekstur kain mewah dan detail berlapis yang menangkap cahaya kamera. Sepatu bot setinggi lutut dan pinggiran topi yang lebih dramatis memberi kesan kuat, seolah ia menolak tunduk pada aturan sosial.
Bagi Tazewell, makna karakter tersebut semakin dalam ketika diperankan Cynthia Erivo seorang perempuan kulit hitam yang memainkan sosok yang dikucilkan karena tampilan luarnya. Kisah Wicked, katanya, adalah alegori tentang kekuasaan, evolusi diri, serta perjuangan melawan sistem sosial yang tidak adil, sehingga tetap relevan dan menyentuh banyak penonton.












