JAKARTA, Cobisnis.com – Film Interstellar (2014) garapan sutradara Christopher Nolan dikenal sebagai salah satu karya paling ambisius di Hollywood. Dengan biaya produksi sekitar US$165 juta atau Rp2,7 triliun, serta tambahan promosi global yang membuat total anggarannya mendekati Rp4 triliun, film ini jadi salah satu produksi termahal sepanjang dekade 2010-an.
Nolan sengaja mempertahankan pendekatan realistis dan ilmiah, menolak mengandalkan efek CGI secara berlebihan. Ia memilih efek praktikal, lokasi nyata, dan kamera IMAX 70mm untuk menjaga pengalaman visual tetap autentik.
Keputusan ini bikin biaya melonjak drastis, terutama untuk pembuatan set besar, perjalanan kru ke beberapa negara, dan simulasi ilmiah yang presisi. Sebagian besar efek visual dikerjakan oleh Double Negative (DNEG), yang kemudian meraih Oscar untuk Efek Visual Terbaik berkat karyanya di film ini.
Yang menarik, visual lubang hitam “Gargantua” dalam film ini bukan sekadar fiksi. Simulasi komputer yang digunakan begitu detail hingga menghasilkan makalah ilmiah sungguhan, ditulis oleh fisikawan Kip Thorne, yang juga menjadi penasihat ilmiah utama Interstellar.
Kolaborasi antara Thorne dan Nolan membuat film ini dianggap sebagai salah satu film sains paling akurat yang pernah dibuat. Konsep relativitas waktu, gravitasi ekstrem, dan perjalanan lintas dimensi ditampilkan dengan kedalaman ilmiah yang jarang ada di film populer.
Proses syutingnya berlangsung di beberapa lokasi ekstrem, seperti Islandia dan Alberta (Kanada), yang dipilih karena lanskapnya menyerupai planet asing. Tantangan cuaca, logistik, dan peralatan berat membuat proses produksi semakin kompleks dan mahal.
Meski begitu, hasilnya membayar semua kerja keras. Interstellar meraih pendapatan lebih dari US$715 juta atau Rp11,5 triliun di seluruh dunia. Selain itu, film ini juga mendapat pujian luas dari ilmuwan dan kritikus karena keberaniannya menggabungkan emosi manusia dengan sains kelas berat.
Bagi Nolan, Interstellar bukan sekadar film tentang luar angkasa, melainkan tentang cinta, waktu, dan keteguhan manusia dalam menghadapi kehancuran. Pendekatan emosional ini membuat film tetap relevan dan banyak dibahas hingga kini.
Bahkan setelah satu dekade berlalu, Interstellar masih diputar ulang di berbagai bioskop dan platform streaming. Pengaruhnya terhadap dunia sains juga nyata NASA mencatat peningkatan minat publik terhadap riset ruang angkasa pasca-rilis film ini.
Dengan skala produksi raksasa, nilai ilmiah yang tinggi, dan pesan emosional yang kuat, Interstellar tetap menjadi bukti obsesi Nolan terhadap kesempurnaan sinema modern.














