JAKARTA, Cobisnis.com – Perusahaan fintech India Pine Labs berhasil meraih pemesanan penuh untuk penawaran umum perdana (IPO) senilai 440 juta dolar AS pada hari terakhir penawaran Selasa, meskipun kekhawatiran terkait profitabilitas dan valuasi membuat sebagian investor ragu.
Penjualan saham ini terjadi di tengah gelombang pencatatan baru, dengan pasar IPO diperkirakan melampaui rekor tahun lalu. Sejauh 2025, lebih dari 80 perusahaan telah mencatatkan saham di papan utama, mengumpulkan 1,3 triliun rupee (14,8 miliar dolar AS). Pine Labs, yang didukung oleh Peak XV Partners, Temasek, PayPal dan Mastercard, menyediakan solusi pembayaran seperti terminal point-of-sale dan bersaing dengan Paytm serta PhonePe milik Walmart.
IPO tersebut menerima penawaran untuk 126,12 juta saham hingga pukul 14.00 waktu India, dibandingkan dengan 97,89 juta saham yang ditawarkan, menurut data bursa.
Investor institusi berkualitas memimpin pembelian saham Pine Labs dengan tingkat pemesanan 2,14 kali dari porsi yang dialokasikan untuk mereka. Saham yang dialokasikan untuk investor ritel juga terserap penuh. Namun investor non-institusi hanya memesan 21 persen dari porsi mereka. Perusahaan sebelumnya memangkas porsi saham yang dijual oleh investor lama hingga 44 persen dan saham baru sebesar 20 persen, dengan valuasi yang diharapkan sebesar 2,9 miliar dolar AS, berdasarkan prospektus terbaru. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding valuasi 5 miliar dolar AS pada pendanaan terakhir tahun 2022.
Pine Labs membukukan kerugian 1,45 miliar rupee pada tahun fiskal 2025 dari pendapatan 22,74 miliar rupee.
Broker Swastika Investmart mengatakan bahwa berdasarkan kondisi keuangan saat ini, IPO Pine Labs tampak memiliki valuasi yang agresif. Angel One juga menyoroti kekhawatiran terkait profitabilitas dan valuasi, dan menyebut rasio nilai perusahaan terhadap laba operasional Pine Labs berada pada tingkat premium, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan valuasi meskipun prospek sektor dan perusahaan kuat.














