JAKARTA, Cobisnis.com – Tarian Saman dan Ratoh Jaroe adalah dua tarian tradisional asal Aceh yang dikenal karena kekompakan, kecepatan, dan keindahan gerakannya. Meski sering dianggap serupa, keduanya memiliki ciri khas dan makna tersendiri yang membuatnya istimewa di mata masyarakat Indonesia maupun dunia. Kedua tarian ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga simbol dari semangat, kebersamaan, dan identitas budaya Aceh yang kuat.
Tarian Saman berasal dari suku Gayo, Aceh Tengah, dan diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang menggunakan tari sebagai media dakwah. Awalnya, tarian ini dilakukan untuk menyampaikan pesan moral dan ajaran Islam. Penari Saman biasanya adalah laki-laki yang duduk berbaris rapat dan bergerak serempak mengikuti irama tepukan tangan dan nyanyian. Tidak ada alat musik pengiring, hanya suara dan tepukan tubuh yang menciptakan harmoni luar biasa.
Sementara itu, Ratoh Jaroe adalah versi yang lebih modern dan berkembang di daerah pesisir Aceh. Tarian ini biasanya dibawakan oleh penari perempuan dengan kostum berwarna cerah. Gerakannya lebih halus namun tetap cepat dan dinamis. Ratoh Jaroe menonjolkan ekspresi feminim, keramahan, serta nilai sopan santun khas perempuan Aceh, menjadikannya versi yang lebih lembut dari Saman tanpa kehilangan kekompakan yang menjadi ciri utama.
Keunikan utama dari kedua tarian ini terletak pada kekompakan dan keseragaman gerak. Para penari harus berlatih keras agar setiap tepukan, hentakan, dan gerakan tangan bisa seirama. Sekali saja ada yang terlambat, seluruh formasi bisa berantakan. Inilah yang membuat tarian Saman dan Ratoh Jaroe menjadi simbol solidaritas, kerja sama, dan disiplin tinggi.
Selain itu, keindahan busana juga menjadi daya tarik tersendiri. Penari Saman dan Ratoh Jaroe mengenakan pakaian tradisional Aceh yang berwarna cerah seperti merah, hijau, dan emas, lengkap dengan hiasan kepala. Warna-warna ini melambangkan semangat, kemakmuran, dan kebanggaan terhadap warisan budaya daerah.
Dari segi makna, kedua tarian ini menyampaikan pesan moral dan sosial. Saman menekankan nilai-nilai keagamaan dan persaudaraan, sedangkan Ratoh Jaroe menonjolkan keindahan budaya serta peran perempuan dalam menjaga tradisi. Keduanya sama-sama menunjukkan bahwa seni bisa menjadi sarana untuk mempererat hubungan manusia dan melestarikan nilai luhur bangsa.
Popularitas tarian ini pun telah menembus dunia internasional. Tarian Saman diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada tahun 2011, sementara Ratoh Jaroe pernah tampil spektakuler di pembukaan Asian Games 2018 dan memukau jutaan penonton. Kedua tarian ini berhasil membawa nama Indonesia ke panggung global melalui keindahan budaya yang sarat makna.
Melestarikan tarian Saman dan Ratoh Jaroe berarti menjaga identitas dan kebanggaan bangsa. Di tengah arus modernisasi, penting bagi generasi muda untuk tetap mencintai dan mempelajari warisan budaya ini. Dengan begitu, kekompakan dan semangat yang terkandung dalam gerakannya akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi dunia.













