JAKARTA, Cobisnis.com – Perubahan iklim telah membantu kota kecil Yoichi di Jepang menjadi sorotan para penikmat Pinot Noir, dengan suhu yang semakin hangat selama dua dekade terakhir mendorong penduduknya menanam anggur jenis ini.
Yoichi yang dahulu terkenal sebagai rumah bagi Nikka Whisky, mulai mencuri perhatian dunia wine lima tahun lalu ketika Nana-Tsu-Mori Pinot Noir 2017 dari Domaine Takahiko masuk dalam daftar wine restoran ternama dunia, Noma, di Kopenhagen.
Harga sebotol wine tersebut yang dulu sekitar 30 dolar kini melonjak menjadi sekitar 560 dolar di Jepang. Kini, kota di Pulau Hokkaido bagian utara itu memiliki sekitar 20 kilang anggur dan 70 kebun anggur. Namun, para petani di Yoichi mulai khawatir suhu yang meningkat pesat dan curah hujan tinggi saat panen akan menyulitkan pertumbuhan anggur Pinot Noir.
“Itu seperti roller coaster,” ujar Takahiko Soga, pemilik Domaine Takahiko yang mendirikan kilangnya pada 2010. Menurutnya, suhu Yoichi yang dulunya mirip wilayah Alsace di Prancis kini setara dengan Burgundy, bahkan tahun ini mendekati Loire atau Bordeaux.
Perubahan iklim global memang mengguncang banyak petani di seluruh dunia, dan anggur Pinot Noir termasuk yang paling sensitif. Anggur ini hanya tumbuh optimal di iklim sejuk hingga sedang, serta mudah rusak jika terkena terlalu banyak panas atau hujan.
Menurut data Badan Meteorologi Jepang, sejak 2023 Yoichi masuk dalam kategori Iklim Region II dalam indeks Winkler zona yang lebih cocok untuk anggur merah sedang seperti Merlot dan Cabernet Sauvignon. Tahun ini, Yoichi mencatat musim panas terpanas sepanjang sejarah, dengan suhu rata-rata 22,1 derajat Celsius, naik 3 derajat dibanding rata-rata tiga dekade sebelumnya.
Petani anggur Yuichi Hirotsu mengaku hasil Pinot Noir-nya rusak karena hujan deras, dan varietas lain seperti Zweigeltrebe juga terkena dampak berat pada awal musim gugur. Selain itu, populasi burung yang meningkat ikut mengganggu panen karena sumber makanan mereka di pegunungan berkurang akibat perubahan iklim.
Pemerintah setempat pun bertindak. Wali Kota Yoichi, Keisuke Saito, menjalin kerja sama dengan komunitas Gevrey-Chambertin di Burgundy untuk bertukar pengetahuan tentang produksi wine dan cara menghadapi perubahan iklim. Sementara itu, Domaine Takahiko membangun ruang bawah tanah untuk penyimpanan 100 barel wine agar lebih tahan terhadap fluktuasi suhu.
Soga menambahkan bahwa Yoichi mungkin perlu bereksperimen dengan varietas lain di masa depan. “Pinot Noir mungkin bukan tujuan akhir kota ini. Bisa jadi Merlot atau Syrah yang menanti kami nanti,” katanya.













