JAKARTA, Cobisnis.com – Shinjiro Koizumi, yang meluncurkan pencalonannya sebagai perdana menteri Jepang berikutnya pada Sabtu, berjanji akan memfokuskan kebijakan pada revitalisasi ekonomi melalui peningkatan upah dan produktivitas guna menghadapi kenaikan harga.
Koizumi, yang dipandang sebagai kandidat kuat dalam pemilihan kepemimpinan partai berkuasa, mengatakan bahwa Jepang harus menggeser fokus kebijakan ekonomi dari sekadar mengatasi deflasi menuju strategi yang lebih sesuai dengan era inflasi.
“Kita harus mempercepat pertumbuhan upah pada tingkat yang melampaui inflasi, sehingga konsumsi dapat menjadi pendorong pertumbuhan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa ekonomi akan menjadi prioritas kebijakan utamanya.
Dalam hal kebijakan moneter, Koizumi menyatakan harapannya agar Bank of Japan dapat bekerja sejalan dengan pemerintah untuk mencapai stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang solid.
Koizumi dan politisi senior berhaluan fiskal longgar, Sanae Takaichi, dipandang sebagai dua kandidat terkuat dalam pemilihan partai pada 4 Oktober mendatang, menyusul keputusan Perdana Menteri Shigeru Ishiba untuk mundur bulan ini.
Jika terpilih menjadi perdana menteri, Koizumi berjanji pemerintahannya akan segera menyusun paket kebijakan untuk meredam dampak ekonomi akibat kenaikan harga, sekaligus mengajukan anggaran tambahan pada sidang luar biasa parlemen.
“Sambil tetap memperhatikan disiplin fiskal, kita dapat memanfaatkan peningkatan penerimaan pajak dari inflasi untuk mendanai kebijakan pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Pencalonan Koizumi menarik perhatian pelaku pasar dan memicu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah berjangka panjang, seiring ekspektasi bahwa pemimpin baru berpotensi meningkatkan belanja fiskal. Investor juga menyoroti pandangan para kandidat terkait kebijakan moneter, terutama saat BOJ mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Koizumi mengatakan, bila terpilih, pemerintahannya akan menurunkan pajak bensin, meningkatkan keringanan pajak bagi rumah tangga, serta menargetkan kenaikan rata-rata upah sebesar 1 juta yen (sekitar 6.800 dolar AS) pada tahun fiskal 2030. Ia juga berkomitmen memperluas dukungan pemerintah bagi belanja modal perusahaan guna memperkuat kapasitas manufaktur Jepang.
“Kita perlu membangun ekonomi yang kuat dengan didukung pertumbuhan permintaan dan penawaran,” tegasnya.













