JAKARTA,Cobisnis.com – Pemerintah menegaskan komitmennya dalam mendukung aparatur negara melalui alokasi belanja pegawai yang dipatok sebesar Rp 580,7 triliun pada tahun 2026. Jumlah tersebut mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun 2025 yang berada di angka Rp 520,2 triliun.
Dalam Buku II Nota Keuangan RAPBN 2026 dijelaskan bahwa porsi terbesar dari belanja pegawai akan disalurkan melalui Kementerian dan Lembaga dengan nilai mencapai Rp 356,9 triliun. Anggaran ini diprioritaskan untuk membayar gaji, tunjangan, serta tunjangan kinerja yang diberikan berdasarkan capaian reformasi birokrasi di masing-masing instansi.
Tidak hanya itu, pos belanja pegawai juga digunakan untuk menanggung kewajiban pemerintah dalam membayar manfaat pensiun bagi ASN, anggota TNI, dan Polri. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan anggaran untuk iuran program perlindungan kerja seperti Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, serta Jaminan Kesehatan yang berlaku bagi pegawai aktif maupun pensiunan, termasuk pejabat negara dan veteran.
Kementerian Keuangan menyebut kebijakan belanja pegawai tahun depan tidak sekadar diarahkan untuk memenuhi hak aparatur negara, tetapi juga untuk mendorong peningkatan kualitas layanan publik. Pemerintah berupaya agar birokrasi menjadi lebih efisien melalui penerapan digitalisasi yang diharapkan mampu mempercepat layanan, mengurangi biaya administrasi, dan meningkatkan produktivitas pegawai.
RAPBN 2026 juga menekankan keberlanjutan program reformasi birokrasi. Upaya ini mencakup penguatan profesionalisme ASN, penerapan budaya kerja berintegritas, serta pengelolaan aparatur yang lebih adaptif terhadap kebutuhan pembangunan. Pemerintah menargetkan agar kualitas belanja pegawai tidak hanya menjaga daya beli ASN, tetapi juga memberi dampak positif bagi konsumsi rumah tangga dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Dalam dokumen RAPBN, pemerintah turut memperhitungkan kebutuhan pegawai baru dengan mempertimbangkan jumlah ASN yang memasuki masa pensiun. Kebijakan rekrutmen tetap mengacu pada prinsip pertumbuhan nol atau bahkan minus growth sehingga jumlah pegawai tidak terus membengkak dan struktur birokrasi tetap ramping.
Dengan pengelolaan yang lebih terarah, pemerintah berharap belanja pegawai pada 2026 dapat menjadi instrumen penting dalam memperbaiki tata kelola birokrasi sekaligus memastikan pelayanan publik berjalan lebih responsif dan profesional. Anggaran yang besar ini diharapkan bukan hanya sekadar pengeluaran rutin, tetapi juga investasi jangka panjang untuk membangun aparatur negara yang lebih berkualitas dan mampu menjawab tantangan zaman.














