JAKARTA, Cobisnis.com – Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan, peluang startup dalam negeri untuk bersaing di pasar global sangat terbuka lebar.
Namun demikian, hingga saat ini peluang startup untuk mencapai hal tersebut masih terkendala tiga hal. Pertama, soal akses ke pasar global, yang mana startup nasional harus memiliki pemahaman mendalam tentang pasar internasional. Termasuk regulasi, budaya bisnis dan preferensi konsumen di negara-negara target.
Kedua, terkait kapasitas dan skalabilitas yang mengharuskan startup wajib membangun kapasitas dan strategi untuk melakukan ekspansi, baik dari sisi teknologi, sumber daya manusia maupun modal.
Ketiga, mengenai kolaborasi dan jaringan internasional, yang mana startup mutlak harus mampu menjalin kemitraan dengan berbagai pihak di luar negeri, baik itu pemerintah, lembaga riset maupun korporasi global.
“Untuk menjawab tantangan tersebut, kami berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh bagi startup Indonesia melalui berbagai program strategis. Namun, kami menyadari bahwa upaya ini tidak dapat dilakukan sendirian,” kata Teten dalam keterangan resminya, ditulis Rabu, 18 September.
Teten menyebut, saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekosistem startup yang paling dinamis di dunia. Dari sisi jumlah startup, terdapat lebih dari 2.600 startup yang aktif. Hal ini sekaligus menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 dunia dengan jumlah startup terbanyak.
Untuk mengakselerasi pertumbuhan startup tersebut, Teten bilang, diperlukan dukungan dan kolaborasi dari Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia dan berbagai lembaga pendidikan dalam membangun kapasitas sumber daya manusia serta menciptakan inovasi berdaya saing.
“Kami lihat di banyak negara bahwa ekosistem mereka (startup) sangat terbuka bagi kami untuk memanfaatkannya. Kami sudah kerja sama dengan DBS Singapura, Australia, Belanda, Korea Selatan dan lainnya untuk mendorong lebih banyak startup Indonesia go internasional,” ucapnya.
Dia menambahkan, bahwa pihaknya telah membuka komunikasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk komersialisasi hasil riset dari para akademisi atau profesional. Hal ini dapat menjadi peluang bagi startup-startup untuk dapat melanjutkan hasil riset tersebut menjadi produk yang siap dipasarkan.
“Jadi, para startup harus paham dulu bahwa bisnis yang mau dijalankan apa. Sehingga, teknologi digitalnya harus mengikuti bisnisnya, bukan sebaliknya,” ujarnya.
Adapun hingga September 2024, Kemenkop UKM telah berhasil melakukan pendampingan akselerasi dan inkubasi kepada 713 startup. Selain itu, Kemenkop UKM juga telah menjalankan program Startup Go Global yang melibatkan 7 lembaga inkubator dan 11 startup yang diikutsertakan dalam short course dan study visit ke Belanda dan Australia.