Cobisnis.com – Penurunan jumlah populasi serangga di alam diyakini sebagai pertanda makin dekatnya kiamat bagi kehidupan serangga sehingga mengganggu keberlangsungan ekosistem dan masa depan umat manusia.
Peneliti Laboratorium Entomologi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Djunijanti Peggie mengatakan, penurunan jumlah populasi serangga dikhawatirkan akan mengganggu keberlangsungan ekosistem.
“Sebab bersama dengan tumbuhan, serangga memiliki peran vital sebagai penyusun dasar kehidupan di muka bumi ini,” kata Peggie dalam situs resmi LIPI yang dikutip Cobisnis.com, Senin 8 Juni 2020.
Menurut dia, kondisi ini sangat mengkhawatirkan sehingga bisa disebut sebagai status kiamat. “Status kiamat serangga ini memang nyata dan sangat mengkhawatirkan,” ujarnya tandas.
Peggie menuturkan, tentunya keselamatan bumi akan terancam. “Serangga dan tumbuhan adalah penyusun dasar kehidupan. Peran serangga sangat vital dalam ekosistem,” ucapnya tegas.
Saat ini, baru seperlima atau 20 persen dari total 5,5 juta serangga di dunia yang sudah teridentifikasi. Tersisa 80 persen dari populasi tersebut dan jumlahnya terus berkurang.
Di Jerman, populasi serangga terbang dilaporkan bahkan menurun lebih dari 75 persen selama 27 tahun terakhir. Sementara di Australia, penurunan populasi serangga terus berlangsung meskipun mereka berada di kawasan cagar alam.
Di Indonesia, untuk menemukan serangga cukup sulit, bahkan untuk serangga yang tidak termasuk ke dalam hampir punah, langka, maupun endemik. Sehingga akan lebih sulit untuk mencari serangga yang masuk ke dalam ketiga kategori tersebut.
Dalam bidang pertanian maupun perkebunan, peran serangga sangat dibutuhkan untuk membantu proses penyerbukan. Selain itu, makhluk kecil ini juga berperan dalam proses pengolahan limbah maupun penguraian jasad. “Jadi bayangkan jika serangga punah, akan banyak jasad yang menumpuk dan tidak terurai,” tutur dia.
Lebih lanjut, Peggie menyebut jika eksistensi serangga hilang maka hal itu juga akan membahayakan manusia. Oleh sebab itu, ia mengingatkan pentingnya manusia untuk lebih ramah terhadap alam. “Serangga tanpa manusia mungkin akan baik-baik saja, tetapi tanpa serangga, manusia akan menuju pada kepunahannya sendiri,” pungkas dia.