JAKARTA, COBISNIS.COM – Bank Dunia memandang ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan di tengah gejolak ekonomi global yang berkelanjutan.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Carolyn Turk, memberikan penghargaan atas kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global.
Menurutnya, meskipun perdagangan global melemah, harga komoditas berfluktuasi, dan ketegangan geopolitik terus mengguncang perekonomian dunia, Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata negara berpenghasilan menengah lainnya. Hal ini disampaikan Turk dalam acara Indonesia Economic Prospect (IEP) yang diadakan oleh Bank Dunia di Jakarta pada Senin (24/6/2024).
Di balik keberhasilan ini, Carolyn Turk juga mengingatkan bahwa Indonesia harus tetap waspada terhadap risiko yang masih tinggi. Dalam sambutannya di pembukaan acara IEP, Turk menyampaikan tiga pesan kunci yang dianggap penting untuk mendukung visi jangka panjang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pertama, Indonesia harus mempertahankan kerangka kebijakan makroekonomi yang kuat. Stabilitas makroekonomi dianggap sebagai faktor utama yang harus dijaga oleh Indonesia. Kebijakan yang mampu mempertahankan defisit kecil, rasio utang publik terhadap PDB yang rendah, dan cadangan mata uang asing yang memadai telah terbukti efektif dalam menghadapi guncangan eksternal.
Kebijakan ini tidak hanya membantu negara dalam menarik investasi, tetapi juga menjaga pertumbuhan yang tangguh di tengah berbagai guncangan.
Kedua, Indonesia harus mampu mengatasi tantangan struktural. Turk menyoroti beberapa tantangan struktural yang harus segera diatasi, seperti kurangnya diversifikasi di sektor manufaktur, perlambatan konvergensi tingkat pendapatan dan investasi di sub-regional, serta rendahnya mobilitas tenaga kerja dari daerah miskin ke daerah yang lebih produktif.
Menurut Turk, mengatasi tantangan-tantangan ini akan membantu Indonesia mempertahankan pencapaian pembangunan selama dua dekade terakhir dan memastikan pertumbuhan yang lebih cepat dan inklusif di masa depan.
Ketiga, diperlukan dorongan ekstra dalam reformasi untuk mendukung sektor swasta. Fase pertumbuhan berikutnya membutuhkan upaya lebih dalam program reformasi untuk mendukung dinamisme sektor swasta. Meskipun beberapa reformasi telah dilakukan, perusahaan besar di Indonesia masih menunjukkan produktivitas yang menurun. Jika tidak segera diatasi, hal ini dapat memperburuk ketidakefisienan alokasi sumber daya dalam ekonomi.
Selain itu, Bank Dunia menambahkan bahwa normalisasi dari ledakan komoditas serta volatilitas harga makanan dan energi diperkirakan akan berdampak pada permintaan domestik dan dapat menciptakan tekanan fiskal di masa depan. Oleh karena itu, Indonesia diharapkan untuk terus berhati-hati dan mempersiapkan diri terhadap kemungkinan-kemungkinan tersebut.