JAKARTA,Cobisnis.com – Beberapa tambang nikel dunia dalam beberapa hari terakhir dikabarkan ramai-ramai menutup usahanya. Hal ini ditengarai anjloknya harga nikel dunia.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia, Rizal Kasli mengatakan sejauh ini penutupan tambang nikel di negara lain tidak mempengaruhi pasar nikel dalam negeri.
“Artinya ini kita akan pantau terus. Kalau dalam waktu yang lama itu tentu saja akan ada pengaruhnya karena akan mempengaruhi supply dan demand,” ujar Rizal dalam Mining Zone, Selasa 13 Februari.
Rizal menambahkan hal ini tidak akan mempengaruhi Indonesia dalam waktu 3 hingga 4 tahun ke depan dan tidak ada indikasi penutupan tambang nikel.
DIkatakan Rizal hal ini dikarenakan biaya produksi nikel RI jauh lebih rendah dibandingkan negara lain.
Rizal menambahkan, penutupan tambang oleh negara lain akan baru memengaruhi Indonesia dalam waktu 4 hingga 5 tahun ke depan. Menurutnya jika hal ini terus terjadi maka akan terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan nikel dunia.
“Sekitar 4-5 tahun ke depan kalau ini akan terus terjadi penutupan tambang nikel tentu saja akan terjadi ketidakseimbangan supply dan tentu saja dengan sendirinya akan mencari equilibrium baru. Sehingga untuk jangka panjang ini kita masih tetap bisa diandalkan,” beber Rizal.
Lebih jauh ia mengatakan jika pada tahun 2023 Indonesia merupakan supplier nikel global sebesar 57 persen. Apalagi dengan makin banyak tanbang nikel baru yang dibuka di Indonesia dikatakan akan makin membanjiri pasar nikel global dan dikhawatirkan bisa menimbulkan penurunan harga nikel.
DIkatakan Rizal, jika penutupan pabrik nikel terus terjadi, RI perlu melakukan beberapa langkah antara lain mencari sumber daya dan cadangan nikel baru serta melakukan eksplorasi baik di daerah greenfield maupun brownfield.
“Kemudian kita juga beroperasi dalam kerangka efisiensi yang tinggi, artinya biaya produksi kita itu tetap lebih rendah dari biaya produksi dunia sehingga kita bisa tetap survive,” pungkas Rizal.