JAKARTA, Cobisnis.com – Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menegaskan bahwa penerapan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) memegang peranan sangat penting bagi keberlanjutan perusahaan pada masa kini. Dalam menjalankan bisnis, PTFI memiliki komitmen besar untuk mewujudkan praktik pertambangan yang baik, serta investasi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.
Hal ini disampaikan Tony Wenas saat berbicara pada forum CEO Insight bertema “Menjawab Tantangan melalui Pengembangan Bisnis Keberlanjutan.” Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Kompas100 CEO Forum yang digelar pada Senin (23/10/2023) di Jakarta.
“PTFI telah mengimplementasikan ESG, mulai dari segi pendanaan hingga pengelolaan potensi risiko yang mungkin terjadi (mitigasi). Kami menyadari pentingnya penerapan prinsip ESG dalam praktik bisnis perusahaan dan sudah menjadi bagian yang wajib dijalankan,” kata Tony Wenas dalam sesi diskusi tersebut.
Tony Wenas mengatakan dari segi tata kelola atau governance, PTFI sudah cukup unggul dengan menerapkan principal of business conduct yang diturunkan dari nilai-nilai perusahaan, supply chain yang disyaratkan, anti-corruption policy, Foreign Corrupt Practices Act (FCPA), hingga human rights policy.
Selanjutnya dari segi sosial, Tony Wenas mengungkapkan PTFI melakukan program-program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat asli yang berasal dari tujuh suku di Mimika dengan pola kemitraan dengan berbagai pihak, baik pemerintah daerah dan dinas terkait, lembaga adat, yayasan, dan lain-lain. Mitra strategis perusahaan dalam program-program ini adalah Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) yang mengelola dana kemitraan Freeport untuk pengembangan masyarakat. Untuk program kesehatan, PTFI melalui YPMAK membangun dan mengelola rumah sakit yang memberikan layanan berobat gratis di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) dan Rumah Sakit Waa Banti (RSWB). Beberapa program kesehatan masyarakat lainnya juga dijalankan, antara lain pengendalian dan penanganan Malaria, HIV/AIDS dan TB.
“Kemudian dari segi ekonomi, PTFI juga telah dan sedang membina sekitar 200 UMKM di Papua. Semua ini menjadi usaha konkret kami bersama para mitra dalam menjalankan prinsip ESG,” katanya.
Tony Wenas menegaskan, sebagai perusahaan tambang dunia, PTFI menganggap aspek sustainability memiliki nilai strategis. Ini disebabkan oleh karakteristik dari industri ini, di mana ada perubahan bentang alam dari kegiatan penambangannya, dan mengelola sumber daya tidak dapat diperbarui.
Berkaitan dengan penerapan proses pengolahan bijih dengan sustainable safe production, Tony Wenas mengatakan perusahaan mengutamakan adopsi pola pikir baru dalam kegiatan penambangan. “Dengan mengadopsi Sustainable Safe Production dan Good Mining Practice dalam praktik penambangan, maka disusun pula rencana detail tentang bagaimana penutupan tambang akan dilakukan. Saat ini PTFI telah membuat perencanaan reklamasi, perbaikan kontur tanah, dan faktor sosial, yang direncanakan hingga akhir periode kontrak pada tahun 2041,” tuturnya.
Tony Wenas juga mengungkapkan beberapa upaya PTFI dalam menjalankan bisnis secara berkelanjutan. Di antaranya, PTFI berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon di tahun 2030 sebesar 30%, per hari ini sudah 24%. Selain itu, rencana reklamasi hutan di DAS Jayapura sebesar 4000 hektare juga sedang dilakukan oleh PTFI. “Kami juga melakukan reklamasi wilayah tailing yang sudah tidak aktif lagi seluas 1.100 hektare dan saat ini sudah menjadi hutan muda,” kata Tony.
PTFI juga melakukan penanaman kembali Mangrove di daerah Muara Ajkwa dan dataran baru yang terbentuk dari sedimentasi seluas 400 hektare. Rencananya, PTFI tiap tahun akan melakukan reboisasi seluas 500 hektare dengan target 2041 mencapai 10.000 hektare. “Dari semua itu terlihat jelas bahwa ESG ini memegang peran penting dalam keberlanjutan perusahaan,” ujarnya.