JAKARTA, Cobisnis.com – Masa pensiun merupakan masa dimana produktifitas seseorang cenderung menurun. Namun, hari tua yang dijalani para senior citizen ini ternyata dapat menjadi lebih aktif dan produktid lewat program wirausaha Mantapreneur dari PT Bank Mandiri Taspen.
Program ini memberikan pelatihan berbagai keterampilan dari kuliner, pertanian hingga peternakan. Program ini pun kemudian sangat dirasakan manfaatnya oleh para nasabah yang telah menjadi pengusaha UMKM yang sukses dan handal.
Satu diantaranya adalah Nanis Prihatin, seorang Mantapreneur dari Jember, Jawa Timur. Pensiunan Dinas Perindustrian dan Perdagangan – PPID Jember ini sukses dalam usahanya membuat olahan kripik dari bahan edamami atau kedelai Jepang.
Ibu dua anak ini bercerita, ditahun 2017 dirinya mendapat tawaran dari Bank Mandiri Taspen untuk mengikuti pelatihan wirausaha. Saat itu Nanis memilih materi pelatihan kuliner karena ingin memiliki usaha kuliner jika pensiun.
Soal jenis usaha, Nanis menuturkan, dirinya sangat tertarik dan ingin membuat usaha kuliner kripik nangka. Sebagai modal usaha, ia mengajukan pinjaman sebesanr 110 juta berbekal SK Pensiunnya ke Bank Mandiri Taspen, Kantor Cabang Jember.
“Saya mulai pinjam uang untuk usaha di tahun 2017, sebelum pensiun. Uangnya saya belikan penggorengan vacuum frying dan spinner-nya, Rp25 juta, pinjemnya Rp 120 jt. Syaratnya SK Pensiun, prosesnya mudah dan cepat sekali,” ujarnya.
Nanis menuturkan, sebelum dirinya memasuki masa pensiun di tahun 2017 dia sudah bertekad untuk membua usaha untuk mengisi masa pensiunnya. Saat itu dia mengambil tawaran pelatihan kuliner dari Bank Mandiri Taspen.
“Sebelum saya produksi saya sudah buat merek, saya kursus-nya (Mantapreneur) itu kripik Nangka, sehingga saya membuat nama kripik buah disingkat dengan Kribu (Kripik Buah),” ujarnya.
Saat pensiun di awal tahun 2018 Nanis memulai usaha kuliner yakni kripik nangka pilihannya. Namun dia mendapati bahan baku Nangka ternyata sangat sulit didapat di wilayah Jember. Karena itu dia beralih membuat kripik dari bahan edamame atau kedelai jepang yang memang banyak dan mudah didapat di Jember.
“Setelah pensiun mulai produksi kok cari nangka sulit sementara Edamami sangat mudah didapat di Jember. Jadi akhirnya saya membuat kripik edamame,” ungkapnya.
Ibu dua anak dan tiga cucu ini menuturkan kripik edamame yang ia produksi telah lulus uji Zero Kolesterol dan telah mendapat sertifikat halal dari MUI. Produknya pun sudah dijual ke berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Nanis, selain memberikan dana modal usaha lewat pinjaman, Bank Mandiri Taspen juga terus secara kontinyu melakukan pembinaan. Tidak hanya saat pelatihan, mentor dai Bank Mandiri Taspeny ang melatih dirinya pun masih tetap melakukan pembinaan hingga saat ini.
“Jadi tiap bulan itu pasti ada yang nelpon (mentor dari Bank Mandiri Taspen), bagaimana bu penjualannya bulan ini, jadi mereka juga yang mamembatu membuatkan laporannya, terus juga membina kami,” unkapnya.
Wanita berusia 64 tahun ini berharap, Bank Mandiri Taspen terus melanjutkan dan mengembangkan program wirausaha Mantapreneur agar dapat membantu mempersiapkan para pensiunan untuk bisa tetap produktif dan bermanfaat.
“Kalo orang pensiun jangan diam, kalua diam dirumah, kalo ngga ada kegiatan akhirnya cuma tidur, liat TV. Tapi dengan adanya kegiatan ini, ditelpon teman, bu ada kegaitan Bazar di alun-alun dll, kita ikut, dan kita masih ketemu orang. Kalua diam ya kita sakit,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Andi Caponte, seorang wirausaha Mantapreneur sukses dari Palu, Sulawesi Tengah. Mantan pegawai Kementrian Pertanian ini awalnya tertarik untuk ikut program wirausaha Mantapreneur Bank Mandiri Taspen setelah dirinya mendapat tawaran untuk mengikuti pelatihan wirausaha jelang pensiun di tahun 2018.
“Ada program wirausaha dari Bank Mandiri Taspen, wirausaha Mantab Sejahterah, pelatihannya ada dua, pertama Abon Ikan dan kedua Coklat. Saya pilih Coklat karena latar belakang saya dari Pertanian, tapi ternyata yang disetujui hanya abon ikan. Saya uji coba abon ikan, Alhamdulillah berhasil,” tuturnya.
Setelah ikut pelatihan abon ikan di Palu, Andi memutuskan untuk membuat usaha abon dari ikan jenis tuna. Andi mengaku sempat beberapa kali gagal saat mempraktekkan memproduksi abon ikan tuna. Hal ini sempat membuatnya sempat frustasi.
Namun dia tidak menyerah, berkat bantuan dari mentornya yang disediakan Bank Mandiri Taspen, akhirnya Andi berhasil membuat abon ikan tuna pertamanya pada percobaan yang kempat kalinya.
“Saya coba tiga kali tapi gagal, saya penasaran saya undang mentor saya, ternyata saya belum tahun persis kapan waktunya yang tepat untuk mengangkat abon yang dimasak. Abon yang dimasak ini harus diangkat karena tepat waktu, jika termbat hangus, telalu cepat masih mentah, jadi harus tahu kuncinya,” katanya.
Tahun 2019 Andi memulai usaha abon ikan tuna, produk abonnya ternyata mendapat sambutan hangat meski masa pandemi di tahun 2020 dan 2021. Namun abon ikan tuna miliknya mengalami penurunan di tahun 2022, dimana harga ikan tuna mulai menanjak.
“Tahun 2019 satu kilo ikan tuna bersih (tidak ada tulang) antara Rp30 sd Rp40 ribu. Sekarang satu kilo-nya Rp80 rib,” jelasnya.
Diawal usahanya Andi mengaku menjual abon ikan tuna perkilo Rp.200 ribu, sekarang dengan kenaikan harga bahan baku ikan tuna, harga jual abon ikan tuna produksinya naik jadi Rp500 ribu perkilo. Agar harga abon ikan tuna miliknya tetap bertahan, Andi mensiasati dengan menjual abon ikan tuna dalam bentuk kemasan yang lebih kecil.
“Untuk 50 gram saya jual Rp25 ribu, 100 gram Rp.50 rb, jika beli banyak ada korting 20 persen,” tuturnya.
Adi menuturkan, abon miliknya tidak menggunakan MSG atau penyedap buatan. Sebagai pengganti dia menggunakan jamur tiram sebagai penggantinya. Produknya juga telah mendapat sertifikasi halal dari MUI.
Pria tiga anak ini mengaku sangat senang bisa bergabun dengan wirausaha Mantapreneur Bank Mandiri Taspen. Sebagai pensiuan dia merasa tetap aktif, sehat dan bahagia serta bermanfaat di hari tua. Dia juga berpesan kepada rekan sesama para pensiunan untuk tidak ragu mengikuti program wirausaha dari bank Matap.
Pada saat pertama memulai usaha Abon ikan tuna, Andi hanya meminjam dalam jumlah sedikit dari Bank Mandiri Taspen, namun pihak bank menawarkan jumlah yang lebih besar untuk modal usahanya.
“Awalnya hanya pinjam sedikit, pihak bank tawarkan 300 juta, kenapa tidak, saya bisa gunakan untuk jenis usaha saya yang lainnya. Pesan saya kepada teman-teman, jangan ragu mengambil pinjaman untuk usaha di bank Mantap, prosesnya cepat, pelayanannya sangat prima,” pungkasnya.
Tiada Kata Pensiun Untuk Berkarya
Sementara ditempat terpisah, Direktur Bisnis Bank Mandiri Taspen, Maswar Purnama mengatakan, pihaknya terus melakukan sosialisasi program wirausaha kepada para ASN/TNI/Polri yang memasuki masa pensiun.
Program pelatihan wirausaha yang ditawarkan bentuknya beragam, dari kuliner, hingga pertanian, peternakan dan perikanan.
“Kita akan terus melakukan sosialisasi kepada para pegawai ASN/TNI/Polri yang memasuki masa pensiun yang ingin tetap beraktivitas dan mempunyai penghasilan tambahan pasca pensiun. Nantinya pelatihan tidak hanya digelar di Jakarta tetapi juga di daerah-daerah lain,” jelasnya.
Maswar menuturkan, Bank Mandiri Taspen memberikan dukungan berupa dana untuk usaha bagi para pesiunan dengan flapon pinjaman hingga Rp500 juta. Namun jika nantinya usaha mereka berkembang dan membutuhkan dana yang lebih besar, pihaknya akan berkerjasama dengan induk usaha Bank Mantap yakni bank Mandiri.
“Jika mereka membutuhkan pembiayaan lebih kita bisa dorong ke Bank Mandiri untuk mendapat pembiyaan yang lebih. Disanalah sinergi akan terjadi antara Bank Mandiri Taspen dengan perusahaan induknya,” ujar Maswar.
“Kita ingin pensiunan ini tetap aktif. Sesuai moto Bank Mandiri Taspen, ‘Tiada Kata Pensiun Untuk Berkarya’. Kita ingin para pensiunan ini saat pensiun tidak hanya duduk dirumah, tetapi terus punya kegiatan untuk menunjang masa pensiunnya,” pungkasnya. (***)