Cobisnis.com – Pandemi virus Corona atau Covid-19 di Tanah Air berdampak bagi sejumlah sektor bisnis dan ekonomi. Tapi lain ceritanya Herman Maulana Syah, tukang pangkas rambut sekaligus pemilik Chemot Barbershop, di Kampung Babakan, Desa Banjarwaru, Kecamatan Ciawi, Bogor, Jawa Barat.
Dengan kreativitas yang ia miliki, pria yang akrab disapa Kang Chemot ini membuat “terobosan baru” di tengah pandemi Covid-19. Ia melayani pelanggannya dengan memakai alat pelindung diri (APD) berupa “baju hazmat”, lengkap dengan masker gas, topeng ski, sepatu, dan sarung tangan lateks.
Namun baju hazmat yang ia pakai bukanlah baju hazmat yang dipakai para tenaga medis dalam menangani pasien Covid-19. Baju tersebut merupakan “made in” Herman, berupa plastik yang disatukan dengan selotip.
Herman mengatakan, aksi unik ini merupakan langkah antisipasi resiko penularan wabah Covid-19 sekaligus bentuk kampanye keamanan di masa pandemi virus mematikan tersebut.
Tarif di Bawah Standar
Tarif pangkas rambut di Chemot Barbershop, tergolong murah. Herman hanya mengenakan tarif Rp15 ribu untuk orang dewasa dan Rp10 ribu untuk anak-anak. “Tarifnya Rp15.000 buat yang dewasa, anak-anak Rp10.000,” jelasnya. Tarif tersebut berlaku sebelum dan saat pandemi Covid-19.
Pendapatan Turun Drastis di Masa Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 membawa dampak menurunnya penghasilan Kang Chemot per harinya. Sebelum Covid-19, Chemot bisa mengantongi penghasilan Rp300 ribu per hari. Sementara sejak pandemi Covid-19, penghasilannya “terjun drastis” ke angka Rp50 ribu hingga Rp70 ribu per hari.
“Menurun gitu (penghasilannya), jauh. Jujur saja kadang Rp50.000, kadang Rp70.000. Ya kan tahu sendiri harganya (tarif cukur per kepala) berapa,” ujar Herman Maulana Syah.
Herman tidak menutupi kalau penghasilannya di saat pandemi Covid-19 juga pernah mencapai di atas angka tersebut. Namun tidak melulu terjadi setiap hari. “Dapat Rp100 ribu juga itu kadang-kadang, nggak setiap hari,” tambahnya.
Bukan Sekadar Cari Keuntungan
Usaha yang Herman lakukan ternyata tidak semata-mata mencari keuntungan. Ia membuka usahanya karena ingin membantu orang lain yang dari segi keekonomian sangat minim.
Pernah datang lima siswa ke tempat usahanya, di mana empat orang di antaranya dicukur. Sementara seorang siswa lainnya tidak ikut mencukur lantaran tidak bawa uang.
Herman dengan hati nuraninya pun menawarkan jasanya untuk mencukur seorang siswa tadi. “Lu cukur sini, gampang masalah bayar. Lu kagak ingat juga nggak kenapa, nggak bakal jadi dosa, nggak bakal jadi utang,” cerita Herman.
Cita-Cita Kang Chemot
Meski terlihat lihai dalam mencukur, profesi tukang cukur bukanlah cita-cita Kang Herman. Di saat kecil, Herman berharap besar nanti dapat bekerja di EO (event organizer).
“Itu pengin cita-cita dulu memang itu, pengin kerjanya di EO,” ujarnya. Namun Herman menyadari cita-citanya “sulit” dicapai karena dirinya hanya lulusan SD.
Keinginan Pakai Baju Crew TV
Setelah aksi unik mengenakan APD, Herman bakal melakukan aksi unik lainnya. Ke depan, ia ingin memakai baju layaknya crew televisi (TV). Memakai kemeja dengan logonya, hearphone, dan berbagai perlengkapan crew TV. “Saya ingin (pakai) baju kayak orang-orang crew TV,” harapannya.
Sebelum melakukan aksi memakai APD, Herman ternyata pernah melakukan aksi lainnya, yakni memakai baju umroh, macam gamis, peci haji dan sorban.
Menantu Habib Rizieq Jadi Langganan Kang Chemot
Pelanggan Kang Chemot ternyata bukan hanya warga sekitar. Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas, salah satunya. Habib yang notabenenya merupakan menantu Habib Rizieq Shihab tersebut bahkan menjadi salah satu langganan tetap Kang Chemot.
Chemot mengungkapkan, Habib Hanif sudah menjadi pelanggan tetapnya sejak dua tahun lalu dan biasanya dicukur sebulan sekali. “Kadang dipanggil ke rumahnya (Habib Hanif) juga,” ucapnya. Selain Habib Hanif, Humas Polresta Bogor dan Kasatlantas Bogor juga pernah dicukur Kang Chemot.
Bisa Cukur Lukis
Keahlian Herman dalam mencukur rambut ternyata tidak didapatinya dengan mengikuti kursus atau sekolah khusus. Pria lulusan SD tahun 1991 ini mengaku belajar secara otodidak.
Herman juga menceritakan awal “mencari ilmu” mencukur dengan melihat teknik tukang cukur di salon. Kemudian Herman menambah lagi pengetahuan mencukur melalui media sosial. Terlebih kini di Instagram banyak tutorial yang bisa menjadi rekomendasi dalam memperkaya teknik mencukur.
“Terus kalau baru bisa mencukur itu tahun 1994. Mengembangkannya tahun 2005,” ungkap Herman.
Selain cukur biasa, Herman juga bisa cukur lukis. Tarif yang dikenakannya tentu tidak sama dengan tarif cukur biara. Tarif per kepala dipatok sebesar Rp50 ribu. Tajmahal dan Kakbah merupakan dua di antara cukur lukis yang dia lakukan di kepala pelanggannya.
Awal Modal Usaha
Kang Chemot mengakui modal awal yang ia punya saat membuka usahanya hanya Rp3 juta. Modal tersebut ia kumpulkan dari hasil usaha mengikuti orang lain di bidang yang sama selama dua tahun.
“Tahun 2007 dulu mesinnya cuma satu,” ujar Herman saat menjelaskan awal usaha yang digelutinya. Ia juga mengakui usaha yang dilakukannya lebih kepada hobi.
Dari hasil usaha tersebut, Herman gunakan untuk menikah pada tahun 2009. Kini, Kang Chemot sudah memiliki dua anak, di mana anak yang pertama berusia 10 tahun dan yang kedua berusia 2 tahun.
“Sudah punya dua (anak), yang satu 10 tahun, satunya 2 tahun,” pungkasnya.
Lihat Juga Foto-Fotonya: Tukang Pangkas Rambut Pakai APD