JAKARTA, Cobisnis.com – Pada terakhir rangkaian pertemuan ASEAN Ministerial Meeting dan ASEAN Post Ministerial Conferences, ASEAN bertukar pikiran dengan Uni Eropa (UE) dan berdiskusi mengenai keamanan kawasan dengan 27 negara dalam ASEAN Regional Forum.
ASEAN – Uni Eropa
Wamenlu RI, Mahendra Siregar menyampaikan pentingnya membangun Kemitraan Strategis yang sudah dicapai ASEAN dengan UE tahun lalu untuk memperoleh manfaat kerja sama saling menguntungkan. Hubungan dagang yang saling menguntungkan menjadi kunci membangun kemitraan ini ke depan.
“Kerja sama ASEAN dengan UE perlu terus berkembang. UE tidak hanya memberi bantuan teknis kepada ASEAN, tetapi juga dapat belajar dari ASEAN,” ujar Wamenlu Mahendra.
UE mengalami kebakaran hutan 4 kali lebih besar luasnya dibanding Indonesia tahun lalu. Dalam mengatasinya, Wamenlu RI sampaikan bahwa UE dapat belajar dari Indonesia.
Selain itu, UE memiliki target pengurangan emisi yang ambisius pada 2030. Wamenlu RI tekankan, ASEAN pada dasarnya dapat tingkatkan target pengurangan emisi hingga 41% pada 2030, jika negara maju dapat bersumbangsih juga.
Indonesia tegaskan pentingnya membangun kepercayaan dan mutual recognition dalam mengatasi hambatan dagang kedua kawasan. Wamenlu RI tambahkan ASEAN dan UE perlu terus menyelaraskan berbagai kebijakan, antara lain memperbaiki iklim dagang dan investasi untuk memberikan nilai tambah yang lebih menguntungkan bagi kedua pihak.
Wamenlu RI mengingatkan agar kedua kawasan memahami tantangan lingkungan hidup yang dihadapi berbagai jenis minyak nabati. Saat elevasi kemitraan, UE sepakat dengan ASEAN untuk membentuk Joint Working Group (JWG) membahas isu minyak nabati kedua kawasan.
Beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit, sementara negara anggota Uni Eropa merupakan produsen minyak biji bunga matahari dan minyak rapeseed. Melalui Joint Working Group ini, Indonesia tekankan agar UE melaksanakan komitmennya untuk membangun dialog yang berimbang dalam isu-isu tersebut.
ASEAN Regional Forum
Para Menlu menyoroti bertambahnya intensitas rivalitas antar kekuatan besar di masa pandemi. Indonesia tekankan pentingnya dialog dan strategic trust dalam menjawab tantangan kawasan seperti denuklirisasi Semenanjung Korea.
“Negara peserta ARF perlu memanfaatkan forum ini untuk membiasakan proses dialog di kawasan, membangun kepercayaan dan menjembatani perbedaan perspektif, serta mengurangi ketegangan antar para anggotanya”, tegas Wamenlu Mahendra.
Indonesia mendorong agar ARF dapat menerjemahkan dialog menjadi kerja sama konkret, utamanya di bidang ketahanan kesehatan untuk menunjang SDGs sebagai bagian dari ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
Wamenlu RI juga menekankan pentingnya semua pihak menahan diri dari proyeksi kekuatan dan tindakan provokasi yang dapat meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan, terutama di tengah pandemi.
Indonesia menyerukan agar komunitas internasional harus mendukung peran ASEAN di Myanmar dan menyelesaikan segala bentuk perselisihan di Laut China Selatan sesuai dengan UNCLOS 1982.