Cobisnis.com – China dan 14 negara lain sepakat membentuk blok perdagangan bebas terbesar di dunia, yang mencakup hampir sepertiga dari semua aktivitas ekonomi global. Banyak orang di Asia mengharapkan kesepakatan ini segera berdampak dan membantu percepatan pemulihan ekonomi dari pandemi virus Corona.
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) ditandatangani secara virtual pada Minggu (15 November 2020) di sela-sela KTT tahunan 10 negara Asia Tenggara (ASEAN).
Para pemimpin negara RCEP yang hadir bersama menteri perdagangan negara masing-masing menandatangani salinan perjanjian yang kemudian ditunjukkan dengan penuh antusias ke arah kamera dan awak media.
“RCEP akan diratifikasi oleh negara-negara yang ikut menandatangani dan segera berlaku. RCEP berkontribusi pada pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid,” kata PM Vietnam, Nguyen Xuan Phuc, yang menjadi tuan rumah upacara tersebut sekaligus sebagai ketua ASEAN.
RCEP akan menerapkan tarif rendah pada perdagangan antar negara anggota dan akan semakin rendah dari waktu ke waktu. Mekanisme ini akan menyumbang 30 persen dari ekonomi global, 30 persen dari populasi global dan mencapai 2,2 miliar konsumen.
“RCEP akan membantu mengurangi atau menghapus tarif pada produk industri dan pertanian dan menetapkan aturan untuk transmisi data,” kata Luong Hoang Thai, kepala Departemen Kebijakan Perdagangan Multilateral di Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam.
Selain 10 negara ASEAN, perjanjian RCEP mencakup China, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru, tetapi tidak termasuk raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS). Kosongnya posisi AS membuka pintu bagi India untuk bisa bergabung RCEP. India sebelumnya keluar karena pertimbangan oposisi domestik terhadap persyaratan pembukaan maupun peluang pasarnya.
“Setelah delapan tahun bernegosiasi dengan darah, keringat dan air mata, kami akhirnya sampai pada titik di mana kami bersama-sama menyegel Perjanjian RCEP,” kata Menteri Perdagangan Malaysia Mohamed Azmin Ali.
Kesepakatan itu mengirimkan sinyal bahwa negara-negara RCEP telah memilih “untuk membuka pasarnya ketimbang menggunakan tindakan proteksionis selama masa sulit pandemi”.
Bagi China, RCEP ibarat peluang baru karena Beijing merupakan pasar terbesar di kawasan RCEP dengan lebih dari 1,3 miliar penduduk.
Gareth Leather, ekonom senior Asia untuk Capital Economics, mengatakan RCEP memungkinkan Beijing untuk menjadikan dirinya sebagai “juara globalisasi dan kerja sama multilateral” sekaligus memberinya pengaruh yang lebih besar atas aturan yang mengatur perdagangan regional.
AS absen dari RCEP dan kesepakatan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) 11 negara yang ditarik oleh Presiden AS Donald Trump. Banyak para analis skeptis Biden akan berusaha keras untuk bergabung kembali dengan pakta TTP atau menarik sanksi perdagangan AS yang dijatuhkan pada China oleh pemerintahan Trump.
Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, menyampaikan dukungan tegas untuk “memperluas zona ekonomi yang bebas dan adil, termasuk kemungkinan kembalinya India ke kesepakatan RCEP di masa depan serta berharap mendapatkan dukungan dari negara-negara lain”.
Perjanjian RCEP cukup longgar untuk disesuaikan dengan kebutuhan negara anggota yang berbeda-beda seperti Myanmar, Singapura, Vietnam dan Australia. Tidak seperti Uni Eropa yang tidak menetapkan standar terpadu tentang ketenagakerjaan dan lingkungan atau berkomitmen pada negara-negara untuk membuka layanan dan area rentan ekonomi lainnya.