JAKARTA, Cobisnis.com – Pernyataan Anggota DPR RI Victor Bungtilu Laiskodat mengenai peran laut sebagai penghasil oksigen terbesar di dunia memicu perdebatan luas. Ucapan tersebut ramai diperbincangkan di media sosial.
Victor juga menyinggung mencairnya es di kutub sebagai sesuatu yang ia nilai positif. Pernyataan ini langsung menuai kritik dari pemerhati lingkungan dan akademisi.
Secara ilmiah, laut memang menghasilkan oksigen dalam jumlah besar melalui fitoplankton. Organisme mikroskopis ini berkontribusi signifikan terhadap pasokan oksigen global.
Namun, para ahli menegaskan peran hutan tidak bisa dikesampingkan. Hutan berfungsi menyerap karbon, menjaga keseimbangan iklim, serta menopang kehidupan darat.
Pernyataan soal mencairnya es kutub dinilai problematis. Fenomena tersebut justru menjadi indikator darurat krisis iklim yang berdampak luas.
Pencairan es menyebabkan kenaikan permukaan laut yang mengancam wilayah pesisir. Dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama di negara kepulauan seperti Indonesia.
Selain itu, pemanasan laut berisiko merusak ekosistem fitoplankton. Jika organisme ini terganggu, produksi oksigen global justru bisa menurun.
Pemerhati lingkungan mengingatkan bahwa krisis iklim bersifat sistemik. Laut, hutan, dan atmosfer saling terhubung dalam satu ekosistem.
Penyederhanaan isu lingkungan dikhawatirkan menyesatkan publik. Pemahaman yang tidak utuh dapat memengaruhi arah kebijakan lingkungan nasional.
Kasus ini kembali menyoroti pentingnya literasi sains bagi pejabat publik. Pernyataan yang disampaikan ke ruang publik memiliki dampak besar terhadap persepsi dan kebijakan.
Diskusi ini menjadi pengingat bahwa perlindungan lingkungan membutuhkan pendekatan berbasis data dan kolaborasi lintas sektor. Tanpa itu, risiko kesalahan kebijakan akan semakin besar.














