JAKARTA, Cobisnis.com – Tim identifikasi korban bencana dari Polda Sumatera Barat telah berhasil mengonfirmasi identitas 16 dari 23 pendaki yang meninggal akibat erupsi Gunung Marapi. Kepastian ini diperoleh pada hari Selasa (5/12).
Menurut Kombes Lisda Cancer, Kepala Bagian Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokkes) Polda Sumbar, semua korban telah teridentifikasi oleh Tim Inafis melalui analisis sidik jari yang terkoneksi dengan sistem E-KTP. Meskipun para korban mengalami luka bakar, sidik jari mereka masih dapat terbaca dengan jelas. Bagi korban yang tidak dapat diidentifikasi melalui sidik jari, metode identifikasi lain seperti pemeriksaan gigi dan informasi medis akan dilakukan.
“Kami dapat menggunakan informasi dari gigi, data medis seperti tahi lalat, tato, luka, tanda operasi, dan lainnya untuk proses identifikasi,” ungkap Kombes Lisda Cancer di Bukittinggi seperti yang dikutip dari Antara pada Rabu (6/12).
Lanjutnya, proses identifikasi juga melibatkan pengamatan terhadap pakaian yang digunakan oleh para pendaki. “Biasanya keluarga mengetahui jenis sepatu atau pakaian yang digunakan oleh korban. Namun jika semua metode tersebut tidak berhasil, identifikasi DNA akan dilakukan,” jelasnya.
Kabiddokkes Polda Sumbar juga menyebutkan bahwa proses identifikasi ini melibatkan 50 dokter dari berbagai unit seperti Polres Bukittinggi, Polres Tanah Datar, Polres Padang Panjang, Polres Agam, Polda Riau, Mabes Polri, RSAM Bukittinggi, dan RSUP M Djamil, Padang.
Hingga dini hari Rabu (6/12), seluruh pendaki yang dinyatakan meninggal telah dievakuasi dan dibawa ke RSAM Achmad Mochtar Bukittinggi.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam mengimbau warga sekitar untuk membatasi aktivitas di luar rumah mengingat hujan abu vulkanik Gunung Marapi yang masih terjadi di wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Agam, Bambang Warsito, menyatakan bahwa beberapa kecamatan seperti Canduang, Sungai Pua, Ampek Angkek, dan Malalak masih terdampak, namun belum ada warga yang melakukan pengungsian.