JAKARTA, Cobisnis.com – Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, resmi memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak Desember lalu. Langkah ini menjadi sinyal bahwa perekonomian terbesar dunia tersebut mulai menunjukkan gejala perlambatan, sementara inflasi dinilai relatif terkendali.
Pemangkasan suku bunga ini dilakukan sebagai respons atas tanda-tanda melunaknya pertumbuhan ekonomi AS. Indikator belanja rumah tangga, aktivitas sektor bisnis, hingga pasar tenaga kerja memperlihatkan pelemahan. The Fed menilai penurunan bunga bisa menjaga momentum agar perlambatan tidak semakin dalam.
Inflasi yang selama ini menjadi perhatian juga menjadi dasar kebijakan. Walau tingkat inflasi masih berada di atas target 2 persen, tren penurunan dalam beberapa bulan terakhir memberi ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Suku bunga yang lebih rendah diharapkan mendorong konsumsi rumah tangga, memperkuat daya beli, serta membuka peluang lebih besar bagi kredit usaha. Langkah ini sekaligus menjadi sinyal dukungan terhadap sektor perumahan, bisnis, dan investasi yang sempat melambat.
Di sisi lain, pemangkasan suku bunga ini berdampak signifikan pada pasar global. Pelemahan dolar AS membuat arus modal berpotensi beralih ke negara berkembang yang menawarkan imbal hasil lebih menarik. Kondisi ini memberi ruang tambahan bagi pasar finansial Asia, termasuk Indonesia.
Harga emas dan aset safe haven lainnya cenderung meningkat seiring menurunnya imbal hasil dolar. Hal ini mencerminkan kehati-hatian investor dalam mengantisipasi dinamika kebijakan The Fed. Pasar saham global juga merespons positif karena biaya pinjaman lebih rendah mendorong optimisme pertumbuhan.
Bagi Indonesia, kebijakan The Fed ini membuka peluang menjaga stabilitas suku bunga domestik. Bank Indonesia memiliki ruang lebih besar untuk mengutamakan pertumbuhan tanpa tekanan besar dari arus modal keluar. Hal ini bisa menjadi bantalan tambahan bagi rupiah yang kerap tertekan.
Meski demikian, risiko tetap mengintai. Jika inflasi AS kembali naik setelah pelonggaran ini, kredibilitas The Fed bisa dipertanyakan. Pasar mungkin melihat langkah ini sebagai keputusan yang terlalu cepat dan berpotensi menimbulkan gejolak baru.
Situasi ini menempatkan The Fed dalam posisi hati-hati. Mereka berusaha menjaga pertumbuhan ekonomi tetap stabil, namun tetap waspada agar inflasi tidak kembali melonjak. Kebijakan ini dianggap sebagai sinyal optimisme berhati-hati di tengah ketidakpastian global.
Ke depan, pasar global akan terus mencermati langkah lanjutan The Fed. Perubahan suku bunga berikutnya akan sangat bergantung pada data ekonomi, terutama perkembangan inflasi, tenaga kerja, dan konsumsi rumah tangga di AS.














