Cobisnis.com – Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) merupakan upaya pemerintah untuk mendorong masyarakat Indonesia membeli produk-produk buatan Indonesia sekaligus menggenjot peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar bangkit dari pandemi Covid-19.
“Kita harapkan omzet penjualan UMKM akan semakin meningkat. Kita meyakini itu, meski daya beli masyarakat juga tengah menurun,” kata Teten di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Senin (11 Januari 2021).
Menurut Teten, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, menjadi satu peluang besar yang bisa dioptimalkan. Indonesia punya pasar sendiri yang amat besar dan jumlahnya mencakup 43 persen dari total penduduk Asean.
“Jika kita semua membeli kebutuhan sehari-hari menggunakan produk Indonesia, itu bisa membuat UMKM kita bertahan di tengah pandemi,” jelasnya.
Pemerintah juga ingin semakin banyak produk UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital. Salah satu strategi gerakan ini adalah menghubungkan para pelaku UKM dengan berbagai penyedia platform online marketplace.
“Target kita sebesar 30 juta pelaku usaha sampai tahun 2024 mendatang. Saat ini, baru sekitar 10,26 juta pelaku UMKM yang onboarding ke digital,” kata Teten.
Menurut Teten, produk-produk UMKM yang unggul seperti home decor, kriya, makanan dan minuman, dan sebagainya, menjadi lebih berpeluang ke pasar global dengan masuk ke pasar digital. Oleh karena itu, dia menekankan bahwa peluncuran gerakan nasional ini menjadi sangat penting dan strategis bagi pelaku UMKM di seluruh Indonesia.
“Sekarang dengan kita menguasai pasar digital dalam negeri, dengan sendirinya kita memiliki akses ke pasar global,” ujarnya.
Roadmap UMKM Naik Kelas
Sebelumnya Kementerian Koperasi dan UKM optimistis kontribusi ekspor UMKM akan meningkat di masa pandemi Covid–19 ini. Jika pada 2020 ekspor UMKM berkisar di 14,37% dari total ekspor, maka di tahun 2021 ditargetkan naik jadi 15,12%.
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Ekonomi Kerakyatan, M Riza Damanik, mengatakan target ekspor yang dipasang pemerintah untuk UMKM terus dipacu secara bertahap menuju 21,60% di tahun 2024. Kementeriannya pun telah memiliki peta jalan (roadmap) pengembangan koperasi dan UMKM 2021-2024.
“Kita ingin menggunakan peta jalan ini sebagai acuan koperasi UMKM di masa depan. Kita optimistis akan ada peningkatan signifikan hingga 2024,” kata M Riza Damanik di situs Kementerian Koperasi dan UKM.
Setidaknya ada enam indikator strategis untuk mewujudkan koperasi modern dan UMKM naik kelas agar tetap bisa jadi tulang punggung perekonomian nasional. Indikator tersebut untuk meningkatkan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) UMKM, PDB koperasi, ekspor UMKM, pertumbuhan start-up koperasi, yang ujungnya koperasi jadi modern dan UKM naik kelas.
“Kita dorong UMKM naik kelas, koperasi modern, sekaligus kewirausahaan semakin meningkat. Pada tahun 2021, kita menargetkan PDB UMKM menjadi 62,36%, PDB koperasi 7,54%, kontribusi ekspor UMKM 15,12%, pertumbuhan start-up berbasis inovasi dan teknologi 900 unit, 150 unit koperasi modern, dan 0,55% UKM naik kelas,” kata Riza.
Selain itu, kehadiran UU No 11/2020 tentang Cipta Kerja juga diharapkan akan mempercepat tumbuhnya koperasi di Indonesia.
“Peluangnya percepatan digitalisasi koperasi justru ada di UU Cipta Kerja. Dengan begitu akan semakin banyak anak muda tertarik menjadi anggota koperasi, mengembangkan usaha berbasis koperasi, dan bangga untuk berkoperasi,” pungkas Riza.