JAKARTA,Cobisnis.com – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar 3,87 miliar dolar AS di Januari yang lalu mengindikasikan sejumlah hal positif di tengah tekanan global yang meningkat.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan torehan positif itu ditopang pertumbuhan ekspor 16,3 persen year on year (yoy) menjadi 22,3 miliar dolar AS.
Menurut dia, peningkatan ekspor didukung oleh kenaikan pengiriman komoditas migas maupun nonmigas, yang masih masing-masing melonjak 65 persen dan 13,9 persen.
“Beberapa komoditas utama yang mendukung positifnya kinerja ekspor di antaranya logam mulia dan perhiasan/permata serta karet dan barang dari karet,” ujarnya saat menyampaikan keterangan pers pada Kamis, 16 Februari.
Sementara di sisi impor, tercatat tumbuh 1,2 persen menjadi 18,4 miliar dolar AS dengan dominasi barang konsumsi, barang modal, dan bahan baku penolong sebesar 1 persen, 5,6 persen, dan 0,4 persen.
“Pertumbuhan semua jenis impor yang konsisten positif di semua jenis menunjukkan bahwa aktivitas produksi di dalam negeri masih terus ekspansif yang sejalan dengan indikator PMI manufaktur yang meningkat di bulan Januari,” tuturnya.
Adapun, penyumbang surplus terbesar berasal dari negara Amerika Serikat, Filipina, dan India dengan komoditas utama bahan bakar mineral, produk sawit, serta mesin.
“Surplus neraca perdagangan pada awal tahun ini merupakan awal yang baik dalam memperkuat resiliensi perekonomian nasional dalam menghadapi tantangan global ke depan,” tegas Febrio.
Sebagai informasi, Indonesia berhasil meraih pertumbuhan sebesar 5,31 persen pada sepanjang 2022 yang lalu. Bukuan itu dianggap cukup baik bila dibandingkan dengan proyeksi IMF maupun Bank Dunia atas perekonomian global yang hanya di kisaran 3 persen.
Pemerintah sendiri menargetkan ekonomi masih bisa tumbuh 4,5-5,3 persen untuk periode 2023. Tingginya rentang angka yang dibidik mencerminkan situasi ketidakpastian yang dipicu oleh faktor eksternal.