JAKARTA, Cobisnis.com – Analisis dari Chief Investment Officer (CIO) DBS menyoroti perubahan signifikan dalam lanskap ekonomi global. Di luar Amerika Serikat (AS), inflasi mulai terkendali berkat menguatnya mata uang lokal dan penurunan harga komoditas. Namun, ketidakpastian kebijakan AS, terutama terkait ketegangan dagang dan kebijakan fiskal yang ambivalen di bawah pemerintahan Trump, menimbulkan kekhawatiran.
Meskipun harga minyak sempat melonjak akibat konflik di Timur Tengah, DBS memperkirakan dampaknya akan terbatas. Fokus pasar kemungkinan akan beralih kembali ke risiko inflasi seiring meredanya tensi dagang AS-Tiongkok. DBS merevisi turun proyeksi pertumbuhan untuk Eropa dan Jepang, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh ekonomi-ekonomi ini.
Rekomendasi Portofolio Berdasarkan Kelas Aset
Dalam menghadapi kondisi yang dinamis ini, DBS CIO menyarankan strategi portofolio yang selektif dan berhati-hati:
Saham: Pertahankan kepercayaan kuat pada saham teknologi AS karena tren kecerdasan buatan (AI) yang terus berlanjut. Untuk jangka pendek, DBS merekomendasikan untuk menambah bobot (overweight) pada saham-saham di Eropa dan Asia (di luar Jepang). Hal ini didorong oleh stimulus fiskal, daya tarik dividen, dan valuasi yang masih terdiskon.
Obligasi: Seiring dengan meningkatnya risiko stagflasi dan volatilitas obligasi jangka panjang, prioritas diberikan pada obligasi berkualitas tinggi (peringkat A/BBB). Strategi “duration barbell” disarankan, dengan alokasi pada segmen jangka pendek (2-3 tahun) dan menengah (7-10 tahun). DBS juga merekomendasikan Obligasi Pemerintah AS yang Terproteksi dari Inflasi (TIPS) dan obligasi berkualitas jangka pendek lainnya.
Aset Alternatif: DBS CIO mempertahankan pandangan overweight pada aset alternatif, terutama emas. Emas dipandang sebagai aset yang menguntungkan dalam berbagai skenario kebijakan AS, didukung oleh pembelian besar-besaran dari bank sentral yang mengindikasikan diversifikasi dari dolar AS. Aset privat yang memberikan pendapatan, seperti hedge fund dan private equity, juga disarankan untuk diversifikasi portofolio.
Tantangan Fiskal AS dan Pelemahan Dolar
Laporan DBS secara khusus menyoroti tantangan fiskal AS yang semakin dalam. Reformasi pajak yang agresif memicu kekhawatiran tentang keberlanjutan utang, dengan proyeksi defisit anggaran yang terus meningkat. Hal ini menyebabkan penurunan peringkat kredit AS dan melonjaknya imbal hasil obligasi jangka panjang.
Kekhawatiran ini, ditambah dengan kebijakan Trump yang kontroversial, telah mengikis kepercayaan terhadap dolar AS. Pelemahan dolar, meskipun imbal hasil Treasury melonjak, menunjukkan keraguan pasar terhadap statusnya sebagai mata uang cadangan dunia. Fenomena ini, yang disebut DBS sebagai pergeseran “New World Order”, mendorong diversifikasi portofolio ke aset-aset lain dan mata uang alternatif.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, strategi investasi DBS CIO untuk kuartal ini didasarkan pada tiga tema utama: deeskalasi pragmatis ketegangan tarif, perbedaan kinerja saham yang signifikan, dan tekanan fiskal yang berdampak negatif pada obligasi pemerintah dan dolar, tetapi positif untuk emas. Dengan sikap yang defensif dan selektif, investor disarankan untuk memprioritaskan aset alternatif dan saham di pasar yang memiliki fundamental kuat, sambil berhati-hati terhadap obligasi pemerintah di negara maju.














