JAKARTA,Cobisnis.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan bahwa belanja subsidi hingga Mei 2022 telah mencapai lebih dari Rp75 triliun. Menurut dia, angka tersebut merupakan realisasi dari kurang bayar subsidi 2021 yang sebesar Rp10,1 triliun dan realisasi tahun ini Rp65,2 triliun.
Sebagai pembanding, penyerapan belanja subsidi pada sepanjang tahun lalu hanya sekitar Rp56 triliun saja. “Inilah yang perlu dikendalikan oleh Pertamina,” ujarnya dalam jumpa pers APBN Kita dikutip Jumat, 24 Juni.
Menurut Menkeu, peningkatan tidak hanya terjadi pada sisi biaya atau nilai tetapi juga dari kuantitas bahan bakar yang disalurkan. “BBM yang berupa solar, dan minyak tanah itu jumlah kilo liternya naik dari 5 juta kilo liter di tahun lalu menjadi 5,6 juta kilo liter di tahun ini,” tutur dia.
Secara terperinci bendahara negara mengungkapkan pula bahwa nilai subsidi pada lima bulan pertama tahun ini juga termasuk subsidi LPG Rp sebanyak 2,5 juta metrik ton, subsidi listrik 38,4 juta pelanggan, subsidi pupuk 3,5 juta ton, serta subsidi perumahaan sekitar 46.000 unit.
“Jadi ini adalah yang menggambarkan APBN sebagai shock absorber. Jumlah kebutuhan masyarakat meningkat seiring harga yang tinggi, tetapi (pemerintah) tidak melakukan perubahan harga,” tegasnya.
Sebagai informasi pemerintah tidak hanya memberikan subsidi energi tetapi juga mengucurkan anggaran untuk kompensasi barang kebutuhan strategis yang penting, seperti BBM jenis pertalite.
“Kemarin sudah disepakati dengan DPR untuk penambahan anggaran kompensasi 2022 sebesar Rp275 triliun dari pagu awal Rp18,1 triliun. Sehingga total kompensasi tahun ini mencapai Rp293 triliun. Ini angka yang sangat besar,” jelas Menkeu Sri Mulyani.