JAKARTA, Cobisnis.com – Dalam dunia yang sering kali mempertemukan kita dengan kenyamanan dan kemewahan, terkadang ada individu yang memilih jalur yang berbeda, menuju dunia tantangan dan keberhasilan yang diraih dengan kerja keras dan tekad. Inilah kisah inspiratif seorang wanita dari latar belakang orangtua yang mapan, yang memutuskan untuk mengejar mimpi di dunia kuliner dan mempersembahkan kepada dunia karyanya yang luar biasa, laksa khas ciptaannya.
Adalah chef berbakat bernama Ruth Gabriel yang dalam perjalanannya yang penuh semangat, wanita penyuka traveling ini menemukan cinta pada hidangan laksa. Namun, ia tidak sekadar menghidangkan hidangan tradisional yang sudah ada, tapi juga menciptakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang bisa menjadi identitasnya sendiri. Dia mencampurkan laksa khas Singapura yang terkenal dengan laksa seafoodnya dengan laksa di Indonesia dengan khas daging ayamnya. “Saya memadukan keduanya sampai punya laksa khas sendiri,” ungkap wanita kelahiran Jakarta pada 1998 ini.
Tidak hanya itu, laksa buatannya juga bebas santan. “Saya menggantinya dengan susu karena lebih sehat hingga bisa dikonsumsi setiap hari.”
Bagi Ruth dan keluarga, laksa adalah makanan favorit sang ibu. “Mama sering ke Singapura untuk makan laksa. Daripada bolak-balik Singapura yang ongkosnya mahal, saya akhirnya membuat laksa sendiri yang enak di rumah.”
Sebelum berjualan, Ruth pun mencari resep untuk laksa. Meski lulusan tata boga di Singapura, yaitu Cullinary Art Academy At-Sunrice, Ruth cukup hati-hati saat membuat ramuan laksa buatannya. Dia terus mencampur dan mencoba ramuan rempah terbaik dan meminta kedua orangtuanya yang hobi makan untuk mencicipi dan memberikan saran. “Kurang ini ga, masih kurang ga. Butuh waktu setahun untuk menemukan resep laksa enak hasil ramuan saya sendiri,” tambah lulusan SMA IPEKA Tomang ini.
Dari situ, ia pun membuka kedai laksa bernama Laksatiam di petak enam Glodok, Jakarta Pusat. Sampai saat ini Laksatiam sudah punya empat cabang, yaitu Pinang Tangeran, Cikokol Tangerang, dan Surabaya. Aneka makanan dan minuman disajikan di Laksatiam, mulai Laksa, Nasi, Mee Pok, camilan, hingga minuman seperti liang teh, honey lemon, aneka kopi, dan lainnya.
Makanan minuman yang ditawarkan sangat menggoda selera. Semua itu karena ia membuatnya dengan serius dan menggunakan cinta. “Saya selalu percaya, kalau masaknya pakai hati dan serius bikin makanan, pasti orang bisa ngerasain ciri khas makanan yang kita bikin. Kalau makan laksa di sini, pasti beda dengan di pasaran.”
Juara Membuat Pastry
Wanita muda kelahiran Jakarta tahun 1998 ini mulai tertarik dengan dunia kuliner sejak SMA. “Saya suka bikin pastry (aneka kue), dibawa ke sekolah, lalu dibagikan ke teman-teman,” ujarnya. Ketekunan dan kesenangannya membuat pastry membuat kedua orangtua mendukung minat dan bakat Ruth. “Kalau senang, kamu lanjutin,” begitu pesan orangtua kepadanya yang sampai terngiang hingga sekarang.
Karena itu, selepas SMA, Ruth melanjutkan ke Indonesia Patisserie School dan belajar ilmu pastry. “Selama satu tahun saya belajar sampai mendapatkan sertifikat untuk membuat pastry,” ujarnya. Ia pun serius menekuni dunia pastry hingga pernah menjuarai sebuah kompetisi, yaitu TAFE pastry competition pada 2017.
Belajar Kuliner ke Singapura
Agar minat dan bakatnya semakin terasah, ia pun pergi sekolah tata boga di Singapura. “Salah satu pertimbangannya, karena di Singapura kita diajari untuk membuat Asian Food. Sedangkan rata-rata sekolah kuliner di Australia atau negara lain ngajarinnya lebih ke Western atau European Food. (di Singapura) Saya belajar semua makanan, mulai Indonesian, Malaysian, hingga Chinese Food.” Tidak hanya itu, di Singapura ia belajar mencampur rempah dengan benar. “Semua rempah dipelajari, rempah Indonesia, India, dan banyak negara,” ujar wanita yang mengaku tidak menyukai pelajaran eksakta di sekolah ini.
Sistem belajar di Singapura pun sangat ketat. “Saya sekolah dari Senin sampai Sabtu, satu tahun sekolah satu tahun lagi kerja untuk mendapatkan ijazah diploma,” ucapnya.
Selain itu, pembelajarannya juga yang menekankan praktik hingga para lulusannya punya skill mumpuni untuk memproses makanan mulai dari A sampai Z. “Saat mengolah daging kambing, saya diajari dari menyembelih, memotong, menguliti, memisahkan daging dari tulang, hingga memotong dagingnya menjadi bahan masakan,” terangnya.
Jelang kelulusan, Ruth mendapatkan ujian yang lumayan sulit. “Saya diminta untuk membuat makanan, jenis baru yang belum ada dan tidak boleh berasal dari negara sendiri.” Usulan makanan Ruth sempat berkali-kali ditolak. “Saya sempat berpikir, saya lulus enggak sih.” Akhirnya ia lulus dengan nilai memuaskan.
Keras Keras agar Sukses
Kerja keras adalah kunci utama menuju kesuksesan, terutama jika ingin meraih puncak prestasi dalam dunia kuliner dan menjadi seorang chef yang diakui. Ini juga dilakukan Ruth agar menjadi chef handal. Meski memiliki latar belakang dari keluarga berada, Ruth bekerja keras agar sukses. “Saya kerja sampai malam, capek, motongin ikan sampai semua badan bau amis, semua dilakukan untuk mendapatkan hasil terbaik.”
Apalagi dunia kuliner terkenal sulit dan memerlukan kerja keras. “Saya sempat menangis selama dua minggu, kaget dengan dunia dapur segokil itu. Shift kerja itu dari jam 10 pagi sampai 10 malam dan bisa overtime sampai jam 12 malam. Sibuk sekali karena konsumennya tak pernah sepi.”
Namun, bila dilakukan dengan bahagia, maka rutinitas melelahkan itu akan membuat seseorang jatuh cinta. “Dunia kuliner itu memang berat, tapi kalau passionnya di sana, maka bakal enjoy.”
Apalagi dunia kuliner terkenal sulit dan memerlukan kerja keras. “Saya sempat menangis selama dua minggu, kaget dengan dunia dapur segokil itu. Shift kerja itu dari jam 10 pagi sampai 10 malam dan bisa overtime sampai jam 12 malam. Sibuk sekali karena konsumennya tak pernah sepi.”
Namun, bila dilakukan dengan bahagia, maka rutinitas melelahkan itu akan membuat seseorang jatuh cinta. “Dunia kuliner itu memang berat, tapi kalau passionnya di sana, maka bakal enjoy.”
Kisah yang Menginspirasi
Kisah Ruth mengingatkan kita, kesuksesan tidak selalu datang dengan mudah, bahkan ketika pintu menuju kenyamanan terbuka lebar. Ia menunjukkan bahwa ketekunan, kerja keras, dan semangat dapat mengubah mimpi menjadi kenyataan. Dari dunia kemewahan ke dapur yang penuh dengan ketekunan dan kesabaran, kisahnya adalah bukti bahwa ketika tekad kita kuat, tiada hal yang tak mungkin dicapai.