Cobisnis.com – Hasil riset Standard Chartered di 12 negara menunjukkan masyarakat Indonesia lebih optimistis membuka usaha baru dibandingkan masyarakat negara lain.
Data survei menunjukkan rata-rata masyarakat global hanya 46% yang memikirkan membuka usaha baru. Sedangkan di Indonesia minat membuka usaha baru sebesar 80% untuk usia 18-44. Sedangkan sebesar 77% untuk usia di atas 45 tahun. Masyarakat Indonesia jauh lebih cenderung mempertimbangkan membuka usaha baru untuk meningkatkan pendapatannya.
Hasil survei lain adalah 87% orang Indonesia (data masyarakat global 75%) pada usia 25-34 tahun ternyata berminat untuk punya pendapatan kedua. Sementara 82% orang Indonesia (data global 77%) di usia 18-44 tahun justru berminat kembali belajar menambah keterampilan baru.
CEO of Retail Banking, and Wealth Management and Regional CEO for Greater China & North Asia, Standard Chartered Ben Hung mengatakan generasi muda di seluruh dunia sangat terpukul oleh dampak ekonomi dari pandemi ini. Banyak di antara mereka yang kondisi pekerjaannya jadi tidak nyaman dan aman. Bahkan yang baru lulus harus menghadapi kondisi pasar kerja yang sulit.
“Namun kepercayaan diri, kemampuan beradaptasi, dan kesediaan mereka untuk bekerja keras, terutama di negara-negara yang tumbuh cepat, memberikan harapan bagi pemulihan
pascapandemi,” ujar Hung hari ini di Jakarta.
Secara global, tingkat fleksibilitas atau kemampuan beradaptasi, kepercayaan diri, dan kewirausahaan
cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Meskipun juga generasi yang lebih tua memang lebih mapan dalam kariernya. Kesenjangan antar generasi ini bahkan lebih tajam ketika membandingkan negara maju dan berkembang. “Secara global golongan mapan kurang percaya diri bahwa mereka memiliki keterampilan digital yang dibutuhkan untuk berkembang di tengah-tengah kelesuan ekonomi. Tapi mereka juga kurang bersedia untuk beradaptasi dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pendapatan mereka,” ujarnya.
Berbeda di Indonesia, 80% orang memilih untuk bekerja lebih keras untuk dapat lebih maju, dibandingkan harus mengurangi waktu kerja dengan bayaran yang lebih sedikit. Persentase tersebut sedikit di bawah Kenya, Cina Daratan, India dan Pakistan. Sementara itu di AS (38%) dan Inggris (39%) memiliki persentase tertinggi orang-orang yang lebih menghargai waktu luang dibandingkan uang.