Cobisnis.com – Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin menilai pemerintah tidak perlu panik dan salah tingkah di tengah situasi saat ini. Serta jangan panik oleh suara sumbang yang terus menerus mengritik. “Karena faktanya resesi terjadi dimana-mana, bukan hanya dialami Indonesia saja. Bahkan Indonesia dalam kategori moderat resesinya dibanding banyak negara lain,” ujar Ferry hari ini di Jakarta.
Namun menurutnya pemerintah sanggup menyelamatkan ekonomi nasional lewat kebijakan fiskal dan moneter yang dipilih. Jadi tidak perlu panik sampai muncul ide untuk membentuk Dewan Moneter. Ini bukan waktu yang tepat untuk mencetuskan ide-ide semacam itu. “Sebab bisa memberikan kesan kepada para pelaku pasar dan ekonomi bahwa pemerintah sudah kehabisan peluru,” ujarnya.
Berikutnya pemerintah juga tidak perlu mengulang ulang kata resesi di media. Itu sangat merusak sentimen pasar dan tidak baik untuk nilai tukar rupiah. Justru sebaiknya pemerintah fokus pada kasus-kasus yang terjadi di lapangan lalu secepat mungkin menggulirkan dana penyelamatan ekonomi yang masih tersendat-sendat dan terparkir di BPD. “Itu saja fokusnya. Tidak perlu berimprovisasi mendahului fakta agar optimisme pelaku pasar dan ekonomi tetap solid. Semua Menteri harus sadari setiap pernyataan yang dikeluarkannya dapat mempengaruhi sentimen pasar. Jadi saran saya sebaiknya sedikit bicara banyak kerja,” ujarnya.
Pengamat ekonomi dari CORE Indonesia Piter Abdullah menilai pasar modal Indonesia sudah berangsur membaik. Saat ini bila terdapat ada gejolak naik turun menurutnya masih dalam tahap normal. “Tapi secara trennya terus membaik,” ujar Piter.
Dirinya melihat risiko resesi sudah diperkirakan pelaku usaha. Hal ini tentu saja berarti sudah dilakukan price-in atau memasukkan kondisi resesi dalam kinerjanya kedepan. Meskipun tren positif tapi dirinya meragukan IHSG mampu memiliki performa menembus level 6.000 di akhir tahun ini. “Saya kira IHSG akhir tahun ini belum sampai sana,” ujarnya.