JAKARTA, Cobisnis.com – Banyak negara kaya seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman tercatat punya utang ratusan bahkan ribuan miliar dolar. Meski begitu, ekonomi mereka tetap stabil, inflasi terkendali, dan investor dunia masih percaya. Kondisi ini bukan kebetulan, tapi hasil dari pengelolaan ekonomi yang matang.
Negara maju biasanya berutang bukan untuk menutup kekurangan kas, tapi untuk mendorong pertumbuhan. Dana hasil pinjaman digunakan membangun infrastruktur, memperkuat riset teknologi, dan investasi jangka panjang. Artinya, utang mereka punya nilai balik ke ekonomi, bukan beban tambahan.
Faktor kepercayaan jadi modal besar. Karena reputasi keuangan dan politiknya stabil, negara kaya bisa meminjam dengan bunga rendah, bahkan di bawah 3 persen. Investor global berebut membeli surat utang mereka karena dianggap aman, nyaris tanpa risiko gagal bayar.
Amerika Serikat jadi contoh paling jelas. Dengan dolar sebagai mata uang global, AS bisa mencetak uang sendiri tanpa khawatir nilai tukarnya jatuh drastis. Dolar yang dipakai di seluruh dunia bikin utang mereka tetap mudah dikontrol.
Tapi yang terpenting bukan seberapa besar angka utangnya, melainkan seberapa kuat ekonominya. Rasio utang terhadap PDB jadi ukuran utama. Selama ekonomi tumbuh lebih cepat dari utang, posisi keuangan masih aman. Jepang bahkan sudah punya rasio utang lebih dari 200 persen dari PDB, tapi ekonominya tetap berjalan karena sebagian besar utangnya dipegang warga negaranya sendiri.
Selain itu, negara maju punya sistem keuangan yang terencana dan transparan. Mereka tahu kapan harus menerbitkan obligasi baru, menekan bunga, atau mengatur ulang jatuh tempo pinjaman agar beban utang tetap terkendali.
Sebaliknya, banyak negara berkembang justru terjebak utang karena pinjamannya tidak produktif. Uangnya habis untuk subsidi, konsumsi, atau proyek yang tak menghasilkan keuntungan ekonomi nyata. Akibatnya, pertumbuhan lambat, tapi cicilan utang tetap jalan.
Utang besar memang bisa jadi bahaya kalau dikelola sembarangan. Tapi di tangan negara yang punya kepercayaan global dan sistem ekonomi kuat, utang justru jadi alat untuk mempercepat pertumbuhan dan memperluas pengaruh.
Keberanian negara kaya berutang bukan tanpa perhitungan. Mereka tahu kapan harus menambah beban, dan kapan harus menekan pengeluaran. Semua langkah dilakukan dengan tujuan menjaga stabilitas jangka panjang.
Pada akhirnya, ukuran kekuatan ekonomi bukan pada kecilnya utang, tapi pada kemampuan mengelolanya. Negara kaya membuktikan bahwa utang besar tak selalu identik dengan krisis selama strategi dan kepercayaan publik tetap dijaga.














