Jakarta,Cobisnis.com – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mencatatkan tambahan produksi minyak dari Lapangan Petani di Kabupaten Bengkalis yang berhasil mencapai angka produksi sebesar 10.000 barel minyak per hari (BOPD).
Angka ini merupakan peningkatan pascaalih kelola Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina.
EVP Upstream Bussines Edwil Suzandi mengatakan, sejak alih kelola Wilayah Kerja (WK) Rokan dua tahun lalu, produksi minyak di lapangan Petani WK Rokan meningkat dari 4.000 BOPD menjadi 10.000 BOPD.
“Peningkatan produksi ini merupakan hasil dari kampanye pemboran paket pengembangan SLO Optimasi Pengembangan Lapangan-Lapangan (OPLL) Stage-1 serta laju penurunan based production yang dapat dipertahankan,” kata Edwil kepada media yang dikutip Senin 11 September.
Edwil mengatakan, total ada 51 dari 61 sumur paket pengembangan yang sudah diselesaikan dan berproduksi.
Sementara sisa sumur lainnya sudah dijadwalkan pemboran pada akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024 dengan dukungan 3 hingga 4 rig pemboran dengan kapasitas 750 horsepower (HP).
“Kesuksesan ini didukung oleh kolaborasi yang harmonis antar tim Asset Development, Operation, Facility, Drilling and Completion, Land, Corporate Secretary, dan tim-tim lain yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung aktivitas pemboran yang masif ini,” kata Edwil.
Asal tahu saja, lapangan Petani merupakan salah satu lapangan migas di WK Rokan yang masih memiliki potensi besar.
PHR terus mengampanyekan pengeboran dan saat ini sedang berlangsung maturasi (proses pematangan) dan pengajuan paket OPL Petani Stage 2, di mana eksekusi pemboran akan dimulai pada tahun 2024.
“Kesuksesan pada paket pengembangan tahun 2022-2023 diharapkan dapat diteruskan pada paket pengembangan OPL Petani Stage-2 dengan dukungan stakeholder internal dan eksternal serta kolaborasi antar tim,” pungkasnya.
Sebelumnya, pada awal Agustus lalu produksi PHR WK Rokan berhasil menembus angka 172.000 BOPD, di mana torehan tersebut menobatkan PHR sebagai perusahaan penghasil minyak terbesar di Indonesia saat ini dan menjadi bagian dari penunjang cita-cita 1 juta barel di tahun 2030.