JAKARTA, COBISNIS.COM – Realisasi produksi batubara nasional hingga Oktober 2024 mencapai 624,16 juta ton, atau sekitar 87,91% dari target produksi 710 juta ton yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2024.
Target produksi batubara nasional pada 2024 sebesar 922,14 juta ton dinilai sulit tercapai.
Target tersebut berasal dari 587 pemegang izin usaha pertambangan.
Sementara itu, produksi batubara untuk tahun 2025 dan 2026 diproyeksikan berada pada level 917,16 juta ton dan 902,97 juta ton.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa pemerintah tidak hanya berfokus pada target volume produksi batubara, melainkan juga mempertimbangkan harga. Menurutnya, harga batubara yang stabil sangat penting agar pasokan yang tinggi tidak menyebabkan penurunan harga.
Data dari laman Mineral One Data Indonesia menunjukkan bahwa penjualan batubara hingga 13 Oktober 2024 tercatat sebanyak 278,43 juta ton untuk realisasi domestik dan 314,91 juta ton untuk realisasi ekspor.
Pemerintah masih berupaya mengejar target volume yang telah ditetapkan, meski tantangan tetap ada.
Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), Hendra Sinadia, menilai bahwa tren produksi batubara saat ini mengindikasikan realisasi tahun ini akan berada di bawah target RKAB.
Sejumlah emiten batubara mencatatkan peningkatan produksi pada semester pertama 2024. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan kenaikan produksi sebesar 7%, mencapai 37,7 juta ton pada semester I-2024.
BUMI, kongsi dari Grup Salim dan Bakrie, juga mencatatkan peningkatan penjualan yang mencapai 37 juta ton. Corporate Secretary BUMI, Dileep Srivastava, menjelaskan bahwa kenaikan tersebut didorong oleh performa kontraktor yang lebih baik dan curah hujan yang rendah di wilayah tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC). BUMI menargetkan produksi 78-82 juta ton pada 2024.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO), yang dimiliki Garibaldi Thohir, juga mencatatkan peningkatan volume produksi dan penjualan masing-masing sebesar 7%, mencapai 35,74 juta ton dan 34,94 juta ton.
Namun, kenaikan ini disertai dengan penurunan harga jual rata-rata batubara (ASP) sebesar 19%.
PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) dari Grup Sinarmas mencatat produksi 24,8 juta ton pada semester pertama 2024, setara dengan 49,6% dari target tahunannya.
PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang dimiliki Low Tuck Kwong, mencatatkan peningkatan produksi sebesar 6,22%, mencapai 25,6 juta ton.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA), emiten batubara milik negara, mencatatkan produksi sebesar 18,8 juta ton pada semester I-2024.
Penjualan batubara PTBA mencapai 20,1 juta ton, meningkat 15% dari periode yang sama tahun sebelumnya. PTBA berupaya meningkatkan penjualan dengan memaksimalkan potensi pasar domestik dan ekspor.
PT Indika Energy Tbk (INDY) mencatatkan penurunan produksi batubara menjadi 14,9 juta ton pada semester I-2024, seiring dengan diversifikasi usahanya. Sementara itu, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dari Grup Banpu mencatatkan peningkatan produksi sebesar 13,41%, mencapai 9,3 juta ton.
Secara keseluruhan, meski beberapa emiten mencatatkan peningkatan produksi, tantangan terkait harga dan target produksi nasional masih menjadi isu utama bagi industri batubara di Indonesia pada 2024.