JAKARTA, Cobisnis.com – Perubahan iklim diprediksi akan mendorong kenaikan harga makanan dan energi dalam lima tahun ke depan. Cuaca ekstrem, seperti kekeringan, banjir, dan gelombang panas, menjadi faktor utama menurunkan hasil panen tanaman pokok seperti gandum, jagung, beras, dan kedelai.
Penurunan produksi pangan ini langsung memengaruhi ketersediaan di pasar global. Negara pengimpor besar, termasuk Mesir, Jepang, dan beberapa negara Eropa, menghadapi risiko kenaikan harga pangan yang signifikan.
Gangguan distribusi juga menambah tekanan harga. Banjir, badai, atau kerusakan infrastruktur transportasi meningkatkan biaya logistik, sehingga harga akhir makanan naik bagi konsumen rumah tangga maupun industri.
Sektor energi ikut terdampak. Cuaca ekstrem dapat merusak turbin angin, panel surya, dan memengaruhi pasokan listrik dari pembangkit termal akibat kekeringan. Hal ini meningkatkan biaya produksi energi dan memicu kenaikan harga listrik serta bahan bakar.
Selain itu, investasi energi bersih meningkat untuk mengurangi emisi karbon. Pembangunan panel surya, turbin angin, dan integrasi energi terbarukan awalnya menambah biaya, sehingga harga energi sementara bisa lebih tinggi sebelum tercapai skala ekonomi.
Kenaikan harga makanan dan energi menjadi pendorong inflasi global. Konsumen menghadapi biaya hidup lebih tinggi, sementara pemerintah perlu menyesuaikan subsidi, pajak, dan kebijakan fiskal untuk menjaga stabilitas sosial.
Negara pengimpor sangat rentan terhadap fluktuasi harga global. Ketergantungan pada ekspor pangan dan energi dari wilayah yang terdampak iklim membuat pasar internasional sensitif terhadap cuaca ekstrem.
Teknologi pertanian tahan iklim dan cadangan pangan strategis menjadi kunci adaptasi. Diversifikasi energi juga membantu menahan kenaikan harga jangka panjang dan mengurangi dampak volatilitas pasar.
Para analis memperingatkan bahwa lima tahun ke depan merupakan periode kritis bagi kebijakan ekonomi dan energi. Investasi mitigasi iklim dan perencanaan strategis sangat diperlukan untuk menahan tekanan inflasi.
Fenomena ini menegaskan bahwa perubahan iklim bukan sekadar isu lingkungan. Dampaknya meluas ke ekonomi global, harga pangan, biaya energi, dan stabilitas sosial, menuntut kolaborasi internasional dan inovasi teknologi.














