Cobisnis.com – Kementerian Koperasi dan UKM mengumumkan realisasi penyaluran dan pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk UMKM dan Koperasi periode per 21 Juli 2020, yang meningkat 9,59 persen atau Rp 11,84 triliun dari sebelumnya yang Rp 8,42 triliun dari pagu anggaran mencapai Rp 123,46 triliun.
Prof. Rully menambahkan, realisasi tersebut tersalurkan melalui program subsidi bunga KUR sebesar Rp78,40 miliar, penempatan dana untuk restrukturisasi melalui Bank Himbara sebesar Rp11,38 triliun, dan melalui program pembiayaan investasi ke koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Rp381,4 miliar.
Diakuinya bahwa penyerapan dana PEN untuk sektor KUMKM memang perlu diakselerasi karena memang tergolong lambat. Namun, dengan sudah keluarnya DIPA (Daftar Isian Pelaksana Anggaran) dari Kementerian Keuangan, maka diharapkan bisa lebih cepat tersalurkan.
Prof. Rully berharap dana PEN untuk KUMKM bisa dapat tersalurkan sepenuhnya hingga September 2020. “Ada progress yang kita akui masih lambat; kita masih telusuri di mana penghambatnya; memang rata-rata sosialisasinya kepada masyarakat yang belum sepenuhnya berjalan baik,” ujar Prof. Rully.
Realisasi penempatan dana pemerintah kepada Bank Himbara untuk program restrukturisasi tersebut tersalurkan kepada 178.056 debitur.
Rincian masing-masing bank yang menjalankan program tersebut yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp8,12 triliun. Kemudian PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp1,88 triliun. Kemudian dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Rp1,29 triliun dan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) sebesar Rp75,37 miliar.
“Total penerima program PEN hingga 21 Juli 2020 menjadi 1.095.950 pelaku KUMKM melalui penerima manfaat dari penerima subsidi bunga KUR sebanyak 917.860 UMKM, UKM debitur Himbara sebanyak 178.056 dan koperasi penerima dana investasi LPDB sebanyak 34 koperasi,” papar Prof. Rully.
Sementara itu, Direktur Hubungan Kelembagaan BMRI Donsuwan Simatupang menyatakan bahwa pihaknya menerima penempatan dana pemerintah sebesar Rp10 triliun. Ditargetkan dalam tiga bulan ke depan pihaknya bisa mengekskalasi nilai pembiayaan hingga tiga kali lipat.
“Posisi Juli kita udah salurkan Rp12 triliun sampai 17 Juli 2020 kemarin; dari total itu, 25 persennya ke UMKM dengan jumlah debitur 14.500 dan hanya 17 debitur yang sektor komersial. Ini komitmen Bank Mandiri untuk mendukung program PEN,” tutur Donsuwan.
Dia menambahkan, sebagai salah satu strategi yang diterapkan dalam penyaluran kredit produktif pada UMKM, Bank Mandiri meluncurkan aplikasi Mandiri Pintar. Dalam penerapan aplikasi ini, Bank Mandiri mengoptimalkan pelibatan lebih dari 6.700 tenaga pemasar (mikro kredit sales/MKS) yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mendatangi debitur, untuk memproses pengajuan kredit mikro produktif baru, ataupun top up atas kredit mikro produktif eksisting.
Mandiri Pintar merupakan sebuah terobosan dalam hal digitalisasi pengajuan kredit mikro produktif, sehingga dapat memangkas proses administrasi, dan keputusan kredit dapat diperoleh dalam waktu 15 menit sejak data debitur di-input ke sistem Mandiri Pintar.
“Aplikasi kredit berbasis smartphone (android) ini juga sangat praktis, karena proses pengajuan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja,” pungkas Donsuwan.