JAKARTA,Cobisnis.com – Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa penurunan inflasi umum (indeks harga konsumen/IHK) menjadi 3,52 persen year on year (yoy) di Juni 2023 telah masuk dalam sasaran tahun ini, yakni 3 persen plus minus 1 persen.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan pelandaian inflasi tersebut lebih dari perkiraan semula, yakni pada semester II 2023.
“Kembalinya inflasi ke kisaran sasaran tersebut tidak terlepas dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 4 Juli.
Menurut Erwin, inflasi IHK bulan lalu terutama dipengaruhi oleh inflasi inti yang sebesar 0,12 persen month to month (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,06 persen (mtm).
Dia menjelaskan, perkembangan inflasi inti sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat seiring penambahan hari cuti bersama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha.
“Komoditas utama penyumbang kenaikan inflasi inti yakni komoditas kontrak dan sewa rumah. Secara tahunan, inflasi inti Juni 2023 tercatat sebesar 2,58 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,66 persen,” tuturnya.
Erwin menambahkan, inflasi kelompok volatile food Juni 2023 menurun dibandingkan dengan perkembangan bulan sebelumnya. Kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 0,44 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,49 persen.
Disebutkan bahwa torehan ini disumbang terutama oleh deflasi pada komoditas bawang merah dan minyak goreng didukung oleh pasokan yang terjaga.
Sementara itu, penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi pada komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang putih. Kelompok volatile food secara tahunan mengalami inflasi 1,20 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,28 persen.
Lalu, kelompok administered prices malah mencatatkan deflasi sebesar 0,02 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan deflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,25 persen.
“Deflasi kelompok administered prices dipengaruhi terutama oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak nonsubsidi pada 1 Juni 2023,” katanya.
Erwin menyampaikan pula deflasi lebih dalam tertahan oleh inflasi tarif angkutan udara dan rokok kretek filter akibat peningkatan mobilitas saat libur HBKN Iduladha dan transmisi kenaikan tarif cukai tembakau yang berlanjut.
Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 9,21 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 9,52 persen.
“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada sisa tahun 2023,” tutup dia.