JAKARTA, Cobisnis.com – Upaya mendorong penggunaan rupiah dalam transaksi lintas negara semakin menjadi fokus kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk memperkuat kedaulatan moneter. Strategi ini diyakini mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS yang selama ini mendominasi perdagangan global.
Bank Indonesia sejak 2018 telah menginisiasi skema Local Currency Settlement (LCS) dengan sejumlah negara mitra, termasuk Malaysia, Thailand, Jepang, dan Tiongkok. Melalui skema ini, eksportir dan importir dapat langsung bertransaksi menggunakan mata uang lokal tanpa perlu konversi melalui dolar.
Penerapan LCS dinilai mampu menekan biaya transaksi, mempercepat proses pembayaran, sekaligus menurunkan risiko fluktuasi nilai tukar dolar. Bagi pelaku usaha, hal ini bisa meningkatkan kepastian harga dan mendukung daya saing produk Indonesia di pasar global.
Dominasi dolar masih sangat kuat, dengan sekitar 80% perdagangan internasional menggunakan mata uang tersebut. Namun, penggunaan rupiah dalam skema LCS terus menunjukkan peningkatan, terutama pada sektor ekspor-impor dengan mitra strategis di Asia.
Dari sisi makroekonomi, peningkatan penggunaan rupiah di luar negeri akan memperkuat stabilitas kurs dan mendukung cadangan devisa. Semakin besar permintaan rupiah, semakin kuat pula posisi mata uang nasional di pasar keuangan global.
Meski begitu, tantangan masih besar. Likuiditas rupiah di pasar internasional terbatas, sehingga aksesnya di luar negeri belum semudah dolar. Selain itu, kepercayaan mitra dagang terhadap stabilitas rupiah menjadi faktor kunci keberhasilan.
Pemerintah dan BI juga perlu memperkuat infrastruktur keuangan, termasuk sistem kliring lintas negara dan integrasi perbankan. Dukungan regulasi bilateral maupun multilateral menjadi fondasi penting agar rupiah diterima lebih luas.
Selain faktor teknis, konsistensi kebijakan fiskal dan moneter Indonesia juga akan menentukan kredibilitas rupiah. Stabilitas inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan pengelolaan defisit anggaran harus dijaga agar kepercayaan mitra dagang meningkat.
Jika strategi ini berjalan konsisten, penggunaan rupiah di perdagangan internasional bisa memberi dampak positif jangka panjang. Tidak hanya mengurangi tekanan eksternal, tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi nasional di tengah dinamika global.
Dengan langkah bertahap, Indonesia diharapkan mampu memperluas penggunaan rupiah pada lebih banyak negara mitra, sehingga posisi mata uang nasional tidak hanya kuat di dalam negeri, tetapi juga di panggung internasional.













