JAKARTA,Cobisnis.com – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan melaporkan menyebutkan bahwa kondisi Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN) hingga Maret 2022 mencatatkan surplus sebesar Rp10,3 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bukuan tersebut jauh berbeda jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan defisit sebesar Rp143,7 triliun.
“Ini berarti membalik dari negatif yang dalam ke positif di Rp10,3 triliun. Artinya adalah ada pertumbuhan disana yang mencapai 107,2 persen dari sebelumnya tahun lalu bulan Maret defisitnya sangat dalam,” ujar dia ketika berbicara kepada awak media secara daring pada Rabu, 20 April.
Menurut Menkeu, pembalikan juga terjadi apabila ditinjau dari sisi rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Jadi tahun lalu itu sudah defisit 0,8 persen dari PDB kita pada posisi bulan Maret, sementara tahun ini kita masih surplus di 0,06 persen dari PDB,” tegasnya.
Berdasarkan kondisi posisi APBN yang surplus, maka pembiayaan utang tercatat mampu turun secara tajam. Hingga dengan akhir Maret 2022, APBN hanya mengeluarkan Rp139,4 triliun untuk pembiayaan.
Torehan tersebut turun tajam sebesar 58,1 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu, dimana pembiayaan utang tercatat sebesar Rp332,8 triliun.
“Surplus dan pembiayaan utang yang merosot tajam menggambarkan bahwa APBN kita mulai pulih kesehatannya, dan ini bagus karena APBN pasti dibutuhkan untuk berbagai macam seperti shock absorber, melindungi masyarakat, membangun infrastruktur, mendukung pendidikan, memperbaiki kesehatan, memperbaiki alutsista. Semuanya itu pasti butuh APBN. Maka APBN harus terus menerus dijaga kesehatannya,” jelas dia.
Lebih lanjut bendahara negara mengungkapkan dengan surplus ini APBN masih punya sisa anggaran lebih Rp149,7 triliun.
Untuk itu instrumen fiskal akan terus diseimbangkan dalam tiga tujuan yang semuanya sama penting, yaitu menjaga kesehatan dan keselamatan rakyat, menjaga kesehatan dan pemulihan ekonomi, dan mengembalikan kesehatan APBN.
“Itulah cerita dari APBN kita sampai bulan Maret ini yang tentu kita tidak boleh terlena dan harus dijaga, karena meskipun hasilnya sangat bagus namun keberadaan risiko masih sangat tinggi,” tutup Menkeu Sri Mulyani.