JAKARTA,Cobisnis.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai utang Indonesia masih cukup terkendali di sekitar 38,11 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp8.041 triliun pada November 2023.
“Tentu kita lihat (rasio) utang kita tetap di bawah 40 persen, terendah dibandingkan negara maju yang bahkan di atas 100 persen juga negara berkembang yang lain. Jadi relatif ini masih hati-hati,” kata Airlangga di sela acara Seminar Nasional Perekonomian Outlook Indonesia, Jumat, 22 Desember.
Adapun jika mengacu pada Undang-Undang Nomor 1/2003 tentang Keuangan Negara, batas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.
Menurut Airlangga, persentase saat ini masih jauh di bawah regulasi yang mengatur bahwa utang yang diperkenankan sebesar 60 persen dari PDB.
Sebelumnya, Bank Dunia merilis data terbaru terkait utang negara-negara berkembang. Laporan itu menyimpulkan posisi negara berkembang yang mungkin dapat terkena krisis karena utang.
Secara rinci, negara-negara berkembang mengeluarkan dana sebesar 443,5 miliar dolar AS untuk melunasi utang publik dan jaminan publik pada 2022. Peningkatan pengeluaran ini pun menggeser kebutuhan penting seperti kesehatan, pendidikan, dan lingkungan.
Adapun, pembayaran utang, termasuk pokok dan bunga, meningkat sebesar 5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya di semua negara berkembang. Ini padahal terjadi saat era suku bunga tinggi menghantam dunia.
Airlangga menyampaikan utang tersebut telah digunakan dengan baik, khususnya untuk pembangunan infrastruktur dan memberikan catatan terkait Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang masih tinggi.
“Kita masih bisa perbaiki, tetapi tentu ini butuh upaya ekstra. Artinya pengelolaan manajemen dari pembangunan baik yang dilakukan pemerintah, dilakukan BUMN swasta harus lebih baik lagi, salah satu faktornya adalah faktor transportasi dan harus diingat kita negara kepulauan, dan tidak ada negara kepulauan sebesar Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan pentingnya pembangunan infrastruktur, guna menekan biaya logistik dan transportasi.
“Kita punya target untuk transportasi dan logistik, ya mungkin pada 2030 kita masih 12 persen, tapi 2045 kita harapkan turun jadi 8 persen,” terangnya.
Airlangga menyampaikan cukup optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 yang akan terus terjaga di level 5 persen dan tumbuh 5,2 persen pada 2024.
Walapun saat ini dihadapi berbagai resiko yang menyebabkan ekonomi global melemah.
“Di tengah ketidakpastian global, fundamental ekonomi Indonesia masih tetap terjaga. Ekonomi Indonesia tumbuh stabil di kisaran 5 persen dan berada di atas pertumbuhan kawasan negara maju dan negara berkembang,” katanya.
Selain pertumbuhan ekonomi yang terjaga, Airlangga menyampaikan, tingkat inflasi masih terkendali tercermin dari catatan inflasi yang terus menunjukkan penurunan dari Januari 2023 sebesar 5,28 persen, lalu ke level 4 persen pada Mei 2023, dan menjadi hanya 2,86 persen pada November 2023.
“Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah berhasil mengembalikan inflasi ke target sasaran,” tegas Airlangga.