JAKARTA, Cobisnis.com — Cakupan imunisasi di Indonesia sejak pandemi COVID-19 menurun drastis. Bila hal ini dibiarkan terus-menerus memungkinkan terjadinya wabah penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Bertepatan dengan Pekan Imunisasi Dunia, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama Satgas Imunisasi mengadakan seminar media untuk meningkatkan kesadaran dari berbagai
pihak agar imunisasi lengkap dapat tetap diberikan dan penyakit-penyakit yang sudah dapat dicegah dengan imunisasi tidak menjadi wabah di masa pandemi COVID-19 ini.
Acara ini dibuka moderator dari Ketua Bidang Organisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K). Narasumber pertama adalah Dr. Prima Yosephine B.T. Hutapea, M.K.M., Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dalam paparannya, Dr. Prima Yosephine B.T. Hutapea, M.K.M menjelaskan bahwa dengan cakupan imunisasi lengkap yang tinggi dan merata akan membentuk kekebalan kelompok, sehingga bila sudah banyak orang yang imunisasi maka akan membuat orang-orang disekitarnya yang belum imunisasi akan ikut terlindungi dari penyakit tersebut.
Bila sekolah tatap muka dilakukan dan membuat adanya akumulasi anak yang belum di imunisasi lengkap, maka dapat meningkatkan resiko outbreak penyakit lain yang sebelumnya sudah dapat tertangani.
Seorang anak dapat dikatakan memiliki imunisasi lengkap jika mendapatkan imunisasi saat bayi, dibawah 2 tahun, dan saat sekolah. Dr. Prima menyampaikan data yang diperoleh Kementerian Kesehatan, sampai dengan saat ini jumlah Kabupaten/Kota yang mencapai target Imunisasi Dasar Lengkap lebih rendah dibandingkan dengan bulan Desember 2019.
Strategi yang dapat dilakukan dalam penguatan imunisasi diantaranya adalah pelacakan bayi dan baduta yang belum lengkap status imunisasi, melakukan pelaksanaan imunisasi kejar (catch-up), peningkatan kompetensi petugas agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan imunisasi.
Juga mengupayakan agar kesadaran dan keinginan masyarakat meningkat untuk melakukan imunisasi, melakukan penguatan kerjasama layanan Kesehatan pemerintah dan swasta, serta penyediaan vaksin yang cukup dan tepat waktu.
Dr. Prima menyampaikan akan adanya rencana penambahan vaksin baru yaitu vaksin Pneumokokus (PCV), Japanese Encephalitis (JE), dan Rotavirus. Targetnya tahun 2024 seluruh Indonesia sudah memiliki vaksin tersebut.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, Sp.A(K),MSc, PhD. Dalam paparannya Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, Sp.A(K),MSc, PhD menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 menyebabkan disrupsi layanan imunisasi sehingga anak banyak yang tidak mendapatkan imunisasi dan menyebabkan mereka rentan terkena PD3I.
Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib 4 tahun 2020 sebesar 42,8% sedangkan cakupan Rubella/MR-2 sebesar 40,9%. Angka ini mengalami penurunan sebesar 24% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan cakupan signifkan terjadi pada Mei 2020.
Pelayanan imunisasi mengalami disrupsi karena anjuran pemerintah untuk stay at home sebagai salah satu upaya untuk mencegah transmisi penyakit COVID-19. Pesan beliau vaksinasi rutin tetap terus dijalankan, bila imunisasi tidak dilaksanakan maka dapat menimbulkan masalah baru yaitu KLB Campak, Difteri, Polio.
Imunisasi kejar harus dilakukan segera sesuai berdasarkan catatan riwayat imunisasi anak, tujuannya untuk memberikan proteksi maksimal kepada anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan imunisasi ganda yaitu pemberian lebih dari satu jenis imunisasi (imunisasi ganda) dalam satu kali kunjungan.
Imunisasi ganda atau yang biasa dikenal dengan stimultaneous vaccination diberikan untuk mempercepat perlindungan kepada anak, meningkatkan efisiensi pelayanan dan orang tua tidak perlu datang ke fasilitas kesehatan berulang kali.
Selain itu, survailans harus tercatat baik untuk mencegah morbiditas dan mortalitas serta menghindarkan KLB di satu daerah.
Materi terakhir dari Dr. Kenny Peetosutan yang merupakan Spesialis Imunisasi UNICEF Indonesia. Dr. Kenny Peetosutan memaparkan berdasarkan Riskesdas tahun 2018, sekitar 2 juta anak tidak mendapat vaksinasi di sebagian wilayah Indonesia.
Terdapat 7 prioritas strategis dan prinsip dasar UNICEF untuk program imunisasi yaitu Commitment and Demand, Coverage and Equity, Life Course and Integration, Outbreaks and Emergencies, Supply and Sustainability, serta Research and Innovation.
UNICEF ingin memastikan distribusi vaksin COVID-19 yang cepat, aman dan efisien serta mampu menjangkau kelompok yang sangat marjinal. UNICEF mendukung logistik rantai suplai imunisasi dan sistem distribusinya, penguatan imunisasi rutin dengan pencangkauan imunisasi di wilayah yang tertinggal, pengenalan vaksin baru serta memberikan dukungan terhadap kampanye imunisasi.
Seminar media menghadirkan sambutan dan pesan dari Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Prof. DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI(Hon.).
Dalam seminar media tersebut, Prof. DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI(Hon.) menyampaikan bahwa sesuai tema kita “Kejar Imunisasi, Selamatkan Generasi” dalam kegiatan ini, merupakan hal yang sesuai dengan kondisi saat ini. Kita dari IDAI sangat concern terhadap kurangnya cakupan imunisasi yang terjadi selama COVID-19, terlebih lagi akan dimulai pembukaan sekolah tatap muka, sehingga imunisasi menjadi hal yang penting, karena masih banyak yang tidak berani masuk sekolah.
Bulan Imunisasi Anak Sekolah harus dijalankan kembali, dengan tetap sesuai protokol kesehatan. Penting juga untuk melibatkan seluruh UKS dalam pembukaan sekolah ini. Beliau juga menyampaikan pesan kepada media untuk ikut berperan aktif, antara lain rekan media dapat ikut membantu agar cakupan imunisasi COVID-19 meningkat dan mencapai target.
Hal inilah yang dapat menjadi upaya pencegahan penyakit. Penutup dari beliau “No One is Safe until Everyone is Safe”, jadi kita harus memastikan kejar imunisasi agar kita semua saling terlindungi.