JAKARTA,Cobisnis.com – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan operasional LRT Jabodebek untuk publik bisa mundur dari jadwal awal. Pasalnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan opersional baru bisa dibuka setelah uji coba berhasil.
Sekadar informasi, operasional LRT Jabodebek untuk publik ini awalnya dijadwalkan mulai 12 Juli pada 18 Agustus. Setelahnya, pada 18 Agustus LRT Jabodebek akan diresmikan Presiden Jokowi.
“Saya tadi minta saran Pak Presiden, Pak Presiden sangat bijak, pokoknya kalian melakukan uji coba. Pada saat uji coba berhasil, kita buka. Jadi bisa menjadi 20 Agustus, atau 30 Agustus,” katanya di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 3 Agustus.
Kata Budi, saat ini sudah ada tim dari Siemens yang akan memeriksa kesiapan opersi LRT Jabodebek secara detail mulai 1 Agustus hingga 30 Agustus.
Adapun Siemens merupakan salah satu pihak yang terlibat dalam Proyek LRT Jabodebek. Siemens merupakan kontraktor yang bertugas menggarap software development LRT Jabodebek.
Budi menekankan bahwa uji coba LRT Jabodebek ini sangat penting. Sebab, setelah diresmikan dan dibuka untuk publik, opersional LRT Jabodebek tidak bisa dihentikan.
“Kereta api itu kalau berjalan dimulai, tidak bisa berhenti. Lebih baik kita konservatif,” ucapnya.
Lebih lanjut, Budi mengatakan ada tiga tes yang harus dilalui. Kata dia, bukan hanya untuk memastika kereta dapat berjalan, tetapi juga bisa berjalan dengan beban maksimum.
“Tes itu bukan tes jalan saja, ada tiga tes yang dilakukan, kita harus menjalankan 31 kereta trainset itu. Yang kedua, kita harus memberikan pembebanan dengan maksimum. Yang ketiga dia harus berjalan semuanya dengan beban dan headway 3 menit sekali,” tuturnya.
“Nah ini kan memang suatu proses yang tidak mudah. Dan insyaallah dalam dua minggu ini improvement itu banyak sekali dan saya mengapresiasi temen-teman kerja keras,” sambungnya.
Sekadar informasi, LRT Jabodebek ditargetkan akan beroperasi di tahun ini. Namun, proyek ini memiliki catatan salah desain konstruksi pada longspan atau jembatan lengkung bentang panjang dari Gatot Subroto menuju ke Kuningan.
Adapun kesalahannya diduga dari sudut kemiringan keretanya. Karena, pada waktu itu jembatannya sudah dibangun oleh pihak PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), namun tidak dilakukan pengujian dahulu.
Karena salah desain ini, tikungannya menjadi sempit. Sehingga, kereta LRT Jabodebek harus mengurangi kecepatan saat melintasi tikungan tersebut.
Jika tikungannya lebih lebar, LRT bisa berbelok sambil speed up. Akan tetapi, karena sudah terlanjur maka LRT harus jalan hanya 20 Km per jam saat di tikungan.