JAKARTA, Cobisnis.com – PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatat penjualan kotor sebesar Rp 7,5 Triliun di kuartal tiga 2021. Angka ini naik 28% dibandingkan periode sama tahun 2020.
Pendapatan bersih perseroan menjadi sebesar Rp4,1 Triliun, naik 23% di atas tahun 2020.
“Matahari mencatatkan laba bersih sebesar Rp 439 Miliar sejak awal tahun atau YTD dibandingkan dengan rugi bersih sebesar Rp (617) Miliar pada periode yang sama tahun 2020.
Meskipun tantangan yang dihadapi adalah PPKM darurat yang dimulai pada awal Juli dengan penutupan gerai selama 2 bulan,” ujar Sekretaris Perusahaan LPPF Cardina N. Adiputra di Jakarta (2/11/2021).
Perseroan menutup sementara 117 gerainya akibat PPKM darurat,
dan 31 gerai tetap buka dengan beberapa pembatasan. Seperti kapasitas maksimum di mal, pembatasan jam operasional, dll. PPKM masih berlanjut di bulan Agustus namun dengan beberapa perkembangan positif di setiap minggunya.
Pemerintah mulai mengizinkan mal buka dan makan di tempat dengan batasan waktu. Sejak September, anak-anak di bawah usia 12 tahun diizinkan memasuki Mal, pembatasan jam operasional dan kapasitas kegiatan makan/minum di tempat umum mulai dilonggarkan, dimana semuanya mengarah pada kunjungan mal yang semakin tinggi.
Pada awal September, Matahari membuka 100% gerainya dan terus mengalami pemulihan positif dari minggu ke minggu. Hal ini berlanjut pada bulan Oktober dengan pemulihan mencapai lebih dari 70% dibandingkan dengan 2019.
Untuk membantu pemegang saham memperoleh visibilitas yang lebih baik atas pendapatan, perseroan memberikan proyeksi.
“Matahari akan membuka dua gerai baru pada bulan Desember (di Cianjur, Jawa Barat dan Batam, Kepulauan Riau). Selain itu juga ditargetkan untuk membuka sepuluh gerai baru
lagi pada tahun 2022,” ujarnya.
Inisiatif baru barang dagangan membuahkan hasil, dengan peningkatan kecepatan penjualan, produktivitas, dan marjin kotor.
Matahari ditargetkan menghasilkan EBITDA Rp 1 Triliun untuk 2021 dengan kas bersih positif, dan pinjaman bank nihil. Perseroan memproyeksikan EBITDA 2022 sebesar Rp 1,8 Triliun.
Dewan Komisaris merevisi kebijakan dividen, dengan menetapkan rasio pembayaran adalah 50% atau lebih dari laba bersih untuk dibagikan dalam bentuk dividen interim (bersamaan dengan pengumuman hasil Triwulan 3) dan dividen final.
Dengan visibilitas pemulihan yang lebih jelas serta neraca dan arus kas yang kuat, Perseroan berencana
untuk membagikan dividen interim sebesar Rp 100 per saham pada 2 Desember 2021, dan mengusulkan dividen final dengan jumlah yang sama. Ke depan perseroan merekomendasikan jumlah yang sama untuk dividen interim dan final.