JAKARTA,Cobisnis.com – Kebijakan China terkait COVID-19 bergeser dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya. Bagaimana dampaknya terhadap kawasan Asia dengan dibukanya kembali ekonomi China?
Portfolio Manager Equity di PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Andrian Tanuwijaya, menilai perubahan drastis kebijakan China terkait COVID memang mengagetkan. “Walaupun demikian, sebenarnya perubahan kebijakan ini dapat berdampak sangat positif bagi momentum pertumbuhan ekonomi yang sempat sangat lesu terpukul oleh kebijakan lockdown yang terlalu ketat,” ujar Andrian di Jakarta.
Memang, dalam jangka pendek tantangan masih akan berlanjut khususnya dari potensi ledakan kasus COVID. Namun gelombang ini diperkirakan akan mereda dan normal kembali di akhir kuartal pertama atau awal kuartal kedua 2023.
Penerima manfaat paling langsung jelas adalah domestik ekonomi China sendiri, namun negara-negara Asia lainnya yang merupakan mitra dagang dan negara yang perekonomiannya dikontribusi cukup tinggi dari aktivitas wisatawan China, akan menerima keuntungan dari pembukaan kembali perekonomian dan mobilitas China. “Pada akhirnya, kondisi ini dapat mendorong sentimen yang lebih positif pada pasar saham kawasan Asia,” katanya.
Tidak dapat dimungkiri bahwa pembukaan kembali ekonomi China dan kondisi suku bunga yang sudah memuncak menyebabkan aksi jual investor asing. “Mereka merotasikan dananya dari pasar finansial yang kinerjanya sudah unggul, untuk masuk kembali ke pasar finansial yang sebelumnya tertekan, termasuk China,” jelasnya.
Hal yang perlu dipahami adalah rotasi aliran dana yang terjadi bukan karena kondisi Indonesia yang kurang baik, namun semata-mata negara lain sedang memiliki ‘cerita baru’. “Kami menilai bahwa rotasi ini bersifat sementara, dan ketika sudah mencapai nilai fundametalnya maka pergerakan pasar pun akan lebih stabil,” tambahnya.
Ketahanan makro ekonomi yang semakin baik dan perubahan struktural hilirisasi industri yang mendorong derasnya arus masuk penanaman modal asing, akan dapat menjadi katalis utama yang dapat membuat investor asing kembali melirik pasar saham Indonesia. Apalagi saat ini kepemilikan investor asing pada pasar saham Indonesia yang masih relatif rendah.
Lalu bagaimana dengan arah pertumbuhan earnings pasar saham Indonesia di 2023?
Menurutnya saat ini banyak negara maju yang mengalami revisi penurunan pertumbuhan earnings terkait potensi resesi. Sebaliknya, Indonesia diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan earnings yang relatif stabil, didukung oleh kondisi makro ekonomi yang solid.
Pertumbuhan laba per saham (EPS) tahun 2023 terlihat tidak spektakuler, diperkirakan tumbuh 6% saja. “Namun apabila sektor komoditas tidak diikutsertakan dari perhitungan EPS, sebenarnya cukup banyak sektor-sektor unggulan lain yang berpotensi tumbuh di level belasan persen,” sebutnya.
Kemudian apa risiko yang perlu dicermati?
Risiko utama yang akan dicermati adalah faktor geopolitik dan potensi perlambatan perdagangan yang disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu, meskipun kami meyakini bahwa posisi makro ekonomi Indonesia saat ini sudah relatif jauh lebih kuat dalam menghadapi volatilitas harga komoditas berkat efek program hilirisasi, sentimen terkait citra Indonesia sebagai negara pengekspor bahan mentah masih melekat di mata investor. Inilah yang menyebabkan volatilitas harga komoditas juga dapat menjadi risiko jangka pendek yang membayangi pergerakan bursa saham Indonesia.
Apa strategi investasi yang diterapkan guna menghasilkan alpha pada portofolio?
Pihaknya memiliki outlook yang positif terhadap pasar saham Indonesia di 2023, apalagi koreksi yang terjadi (sementara ekspektasi earnings terjaga) membuka potensi penguatan yang menarik di pasar saham. Potensi katalis ganda dari peralihan kebijakan The Fed dan China dapat menopang sentimen yang lebih positif di pasar saham Asia, termasuk Indonesia.
Secara sektoral kami memiliki pandangan yang positif pada beberapa tema seperti:
1.Green energy
Didukung oleh pengembangan industri hilir logam yang berkelanjutan yang dapat berdampak positif pada volume penjualan dan dapat menopang nilai tukar Rupiah lewat stabilitas pada neraca berjalan.
2. Consumer discretionary dan financials
Meredanya tekanan inflasi dan meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang pemilu serentak di 2024 dapat menjadi dorongan tambahan bagi aktivitas domestik, mendukung sentimen dan permintaan di sektor ini.
3. Communication services
Ruang pertumbuhan top line yang stabil, ekspansi margin, kompetisi yang sehat serta didukung oleh selera pasar yang lebih kuat di sektor ini.