JAKARTA,Cobisnis.com – PT BRI Manajemen Investasi dorong peningkatan literasi keuangan dengan menggelar acara Investment Specialist Forum (ISF) 2023 pada tanggal 12 Oktober 2023 di The Langham, Jakarta.
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi mengatakan, adanya Investment Specialist Forum (ISF) 2023 ini diharapkan dapat membantu meningkatkan literasi keuangan untuk investor dan calon investor di Indonesia.
Berdasarkan survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen dan indeks inklusi keuangan tahun ini mencapai 85,10 persen.
“Kalau kita melihat indikator ini, masih terdapat gap antara literasi dan inklusi keuangan serta secara bersamaan terus meningkatkan indeks literasi keuangan untuk memperkecil kesenjangan atas dua indeks tersebut,” ujarnya dalam keterangan resminya, Senin, 16 Oktober.
Frederica mengatakan, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah untuk kita semua, termasuk seluruh investment specialist untuk senantiasa mendukung meningkatkan literasi keuangan serta memperkecil indeks gap antara literasi dan Inklusi keuangan di Indonesia.
Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan akses layanan jasa keuangan, namun mendapatkan pengetahuan atau keyakinan yang lebih baik tentang lembaga serta produk keuangan yang digunakan masyarakat.
Sementara, Kepala Divisi Partnership Distribution BRI-MI Edward Narodo mengatakan, ISF merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh BRI-MI dengan tujuan untuk memberikan informasi terkait kondisi ekonomi dan iklim investasi ke depan bagi seluruh investor, agen distribusi, dan investment specialist.
“Harapan kami, melalui ISF, BRI-MI senantiasa menjadi sahabat investasi, literasi, dan sumber informasi bagi seluruh investor. Tunggu kami di acara ISF tahun depan yang akan lebih meriah” ujar Edo.
*Proyeksi Makroekonomi Indonesia Jelang Tahun Politik*
Helmy Kristanto, Chief Economist PT BRI Danareksa Sekuritas menyampaikan memasuki semester II 2023 dan jelang memasuki tahun politik, kinerja makroekonomi di Indonesia masih berada pada posisi yang cukup baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.
Adapun fiskal pemerintah berada pada surplus level +0.7 persen PDB pada akhir bulan Agustus.
Hal ini memberikan ruang yang cukup buat pemerintah untuk memberikan stimulus di kuartal IV 2023 ini.
Walaupun rupiah terdepresiasi -0.8 persen year to date (YTD) per 11 Oktober, rupiah masih outperform dibandingkan mata uang ASEAN lainnya, seperti Phillipine Peso, Thai Bhat, Malaysia Ringgit.
Lebih lanjut, seiring makin mendekati tanggal pencalonan calon presiden & calon wakil presiden pada tanggal 19 Oktober, kegiatan pemilu di dalama masyarakat akan semakin meningkat dan memberikan dorongan positif terhadap pertumbuhan perekonomian di kuartal IV 2023.
Helmy menyampaikan bahwa tren disinflasi dan semakin banyak Bank Sentral yang memilih untuk tidak menaikkan suku bunga terus berlanjut, maka perhatian utama akan difokuskan pada pertumbuhan ekonomi.
Dari sisi dalam negeri, diperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga hingga akhir tahun ini.
Selain itu, periode pemilu akan memberikan dukungan terhadap konsumsi dalam negeri, yang dalam sejarahnya cenderung memberikan dampak positif bagi pasar saham dengan masuknya investor asing.
“Masuknya modal asing biasanya meningkat selama tahun pemilihan, sebuah tren yang harapkan akan terjadi kembali tahun depan. Namun, dampaknya terhadap pasar keuangan telah menjadi kurang terasa akibat volatilitas global, seperti yang telah terlihat selama pemilihan tahun 2019. Karena itu, upaya berkelanjutan untuk menstimulasi pertumbuhan domestik dan menarik masuk modal, baik dalam bentuk portofolio maupun investasi langsung, akan tetap menjadi krusial di tahun 2024.” ujarnya.
Sejalan dengan Helmy, dari sisi pengamat politik, Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika mengatakan bahwa pemilu 2024 berpeluang untuk dapat meningkatkan stimulus pertumbuhan ekonomi dan agregat konsumsi di Indonesia.
“Kami melihat bahwa tahun Pemilihan Umum (Pemilu) di 2024 ini dapat mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi dan agregat konsumsi di Indonesia, hal ini mengingat pemilihan umum tahun depan tidak hanya untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang berpeluang terjadi dalam 2 putaran, namun juga pemilihan umum Legislatif dan Pemilihan Umum Kepala Daerah, yang mana pertama kalinya semua itu akan secara serentak dilakukan untuk periode 2024-2029” ujarnya.
*Valuasi dan Imbal Hasil Indonesia Masih Menarik*
Chief Investment Officer (CIO) BRI-MI, Herman Tjahjadi, menyampaikan bahwa dari sisi valuasi maupun imbal hasil, pasar saham dan pasar obligasi Indonesia kedua masih relatif menarik berhubung Indonesia masih dalam mid business cycle dengan pertumbuhan GDP 5 persen di tahun 2023 dan 2024 tahun depan, dan volatilitas rupiah tetap terjaga.
Herman mengatakan, risiko utama yang harus dipantau secara intensif adalah harga minyak bumi dan risiko geopolitik di Timur Tengah.