JAKARTA, Cobisnis.com – Penjualan mobil listrik di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan signifikan, namun riset terbaru mengungkap bahwa konsumen kendaraan listrik saat ini masih didominasi kelompok early adopter dan early majority. Mereka umumnya bukan pembeli mobil pertama, melainkan berasal dari kalangan menengah atas yang telah memiliki mobil konvensional sebelumnya.
Riset yang dilakukan ID COMM firma PR berbasis isu SDGs menggabungkan wawancara dengan konsumen, pelaku industri, media, serta analisis berbagai kebijakan terkait elektrifikasi kendaraan. Menurut Asti Putri, Co-Founder sekaligus Director ID COMM, temuan ini menunjukkan bahwa transisi menuju mobil listrik lebih mencerminkan perubahan perilaku, bukan perluasan pasar baru. Konsumen dalam kelompok tersebut disebut bangga menjadi bagian dari para pengadopsi awal dan merasa identitas mereka melekat dengan gaya hidup modern serta citra sebagai trend setter. Faktor lingkungan disebut masih menjadi pertimbangan tambahan, bukan alasan utama.
Proses pengambilan keputusan pembelian mobil listrik pun tidak jauh berbeda dari kendaraan berbahan bakar fosil. Pengaruh terbesar datang dari lingkungan terdekat, media sosial, hingga influencer otomotif yang memberikan ulasan dan perbandingan merek. Menariknya, seluruh responden dalam riset ini sudah memiliki kendaraan konvensional, dengan rentang harga mobil listrik yang mereka pilih berada di antara Rp189 juta hingga Rp1,58 miliar, mempertegas bahwa segmen pengguna kendaraan listrik saat ini masih didominasi kelas menengah atas.
Dari sisi usia, pembeli mobil listrik terbagi ke dalam tiga kelompok: usia 25–35 tahun yang tengah membangun karier, usia 36–50 tahun yang telah mapan secara keluarga dan pekerjaan, serta konsumen berusia di atas 50 tahun yang mencari kenyamanan berkendara dengan biaya operasional rendah. Efisiensi biaya menjadi salah satu pemicu minat, terutama bagi pengguna dengan intensitas mobilitas tinggi. Selain itu, insentif pajak turut memperkuat minat masyarakat karena pajak tahunan kendaraan listrik dapat serendah Rp150 ribu.
Berdasarkan data Gaikindo, pasar mobil listrik makin menguat sepanjang 2025. Penjualan mobil listrik berbasis baterai mencapai 69.146 unit hingga Oktober, meningkat tajam dibanding total tahun penuh 2024 yang berjumlah 43.188 unit. Lonjakan terbesar terjadi pada Oktober 2025 dengan penjualan 13.867 unit, naik signifikan dari 4.097 unit pada September. Segmen plug-in hybrid (PHEV) pun menunjukkan tren positif, di mana penjualan Januari–Oktober 2025 mencapai 3.798 unit, meningkat pesat dibanding total 2024 yang hanya 136 unit. Namun berbeda dengan dua segmen tersebut, penjualan mobil hybrid hingga Oktober 2025 masih berada di bawah perolehan 2024 yang mencapai 59.903 unit, meski catatan tahun berjalan sudah berada di angka 51.566 unit dan berpotensi terus naik hingga akhir tahun.
Mendorong masuk ke fase early majority, diperlukan sinkronisasi lintas sektor. Konsistensi kebijakan, arah industri yang jelas, edukasi publik, serta penekanan pada manfaat praktis akan menjadi kunci. Kepercayaan konsumen juga sangat dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur pengisian daya (SPKLU), layanan purna jual, dan ketersediaan suku cadang.














