JAKARTA, Cobisnis.com – Perbedaan rasa air minum di berbagai negara bukan sekadar soal selera. Faktor alam, kandungan mineral, hingga kondisi geografis membuat air di setiap wilayah memiliki karakter yang berbeda, meski sama-sama terlihat jernih dan aman dikonsumsi.
Air yang berasal dari mata air pegunungan umumnya memiliki rasa lebih ringan dan segar. Sebaliknya, air tanah dalam cenderung membawa rasa lebih kuat karena mengandung mineral seperti kalsium dan magnesium dalam kadar lebih tinggi.
Kondisi geologi menjadi faktor penting lainnya. Air yang mengalir melewati batuan kapur, vulkanik, atau granit akan menyerap unsur mineral berbeda. Inilah yang membuat rasa air di Jepang, Eropa, hingga Asia Tenggara terasa tidak sama.
Selain sumber alami, proses pengolahan juga memengaruhi rasa. Air keran yang melalui filtrasi dan penambahan zat tertentu sering kali memiliki rasa yang lebih netral dibanding air mineral alami yang langsung dikemas dari sumbernya.
Perbedaan rasa ini kemudian beririsan dengan nilai ekonomi. Di beberapa negara, air dari sumber tertentu dianggap memiliki kualitas premium sehingga dijual dengan harga tinggi, bahkan melampaui harga minuman olahan.
Harga air juga dipengaruhi oleh kelangkaan. Wilayah yang mengalami krisis air bersih harus mengandalkan teknologi pengolahan atau distribusi jarak jauh, yang otomatis meningkatkan biaya produksi dan harga jual.
Di kawasan Timur Tengah misalnya, air hasil desalinasi laut menjadi sumber utama. Proses ini membutuhkan energi besar, sehingga harga air minum di wilayah tersebut relatif lebih mahal dibanding negara dengan sumber air melimpah.
Faktor distribusi turut berperan. Air yang diambil dari daerah terpencil atau pegunungan harus melalui proses pengemasan dan pengiriman lintas wilayah atau negara, menambah ongkos logistik yang signifikan.
Tak kalah penting, citra dan branding juga memengaruhi harga. Air kemasan dengan narasi eksklusif, desain premium, dan klaim kualitas tertentu sering diposisikan sebagai produk gaya hidup kelas atas.
Kondisi ini menunjukkan bahwa air bukan hanya kebutuhan dasar, tetapi juga komoditas ekonomi dan isu sosial. Perbedaan akses air bersih di berbagai negara menjadi tantangan global yang masih terus dihadapi hingga kini.














