JAKARTA, Cobisnis.com – Konflik di Gaza kembali menjadi sorotan karena serangan yang terus berulang, dipicu rangkaian akar masalah yang belum terselesaikan sejak lebih dari tujuh dekade lalu. Situasi ini berkembang dari isu perebutan wilayah, kependudukan, hingga dinamika geopolitik yang memperkeruh keadaan.
Sejak 1948, ketika Israel berdiri dan ratusan ribu warga Palestina terusir dari wilayah asalnya, ketegangan memanjang tanpa ada penyelesaian mendasar. Gaza menjadi salah satu kawasan paling terdampak karena statusnya yang tidak pernah benar-benar stabil secara politik maupun keamanan.
Pada 2007, Hamas mengambil alih pemerintahan di Gaza, membuat konflik semakin sensitif. Israel lalu memberlakukan blokade ketat yang membatasi pergerakan manusia, barang, dan akses ekonomi. Kebijakan ini berkontribusi besar pada kondisi sosial Gaza yang serba terbatas.
Blokade tersebut menciptakan tekanan ekonomi yang ekstrem. Laporan lembaga internasional menyebut angka pengangguran di Gaza pernah menembus lebih dari 40% dan akses listrik rata-rata hanya beberapa jam per hari. Situasi ini membuat setiap serangan memiliki dampak berkali lipat terhadap warga sipil.
Serangan berulang juga dipengaruhi oleh siklus balas serangan antara Hamas dan Israel. Ketika roket ditembakkan dari Gaza, Israel merespons dengan operasi militer besar-besaran yang sering mengakibatkan kerusakan luas. Siklus ini terjadi berkali-kali dalam 15 tahun terakhir.
Selain itu, konflik ini terkait erat dengan pengaruh negara-negara besar. Amerika Serikat memberikan dukungan kuat ke Israel, sementara beberapa negara Timur Tengah mendukung Palestina. Tarik menarik kepentingan ini membuat penyelesaian politik menjadi semakin rumit.
Di sisi lain, upaya perdamaian seperti Perjanjian Oslo pada 1990-an gagal membuahkan hasil konkret. Status Yerusalem, perbatasan, hak kembali pengungsi, dan keamanan tetap menjadi isu yang tidak tersentuh secara tuntas. Gaza akhirnya menjadi simbol dari kebuntuan diplomatik bertahun-tahun.
Krisis kemanusiaan semakin berat setiap kali serangan terjadi. Infrastruktur dasar seperti rumah sakit, sekolah, dan jaringan air bersih berulang kali rusak. Lembaga internasional menilai Gaza berada dalam kondisi sosial yang rawan kolaps tanpa intervensi jangka panjang.
Bagi masyarakat Gaza, hidup di bawah ancaman serangan menjadi bagian dari keseharian. Ketidakpastian politik dan ekonomi membuat mereka menghadapi risiko yang terus meningkat, sementara prospek perdamaian masih jauh dari terlihat.
Secara keseluruhan, serangan berulang di Gaza terjadi karena kombinasi akar konflik sejarah, blokade, dinamika kelompok bersenjata, serta pengaruh geopolitik global. Tanpa langkah politik besar dan solusi jangka panjang, Gaza berpotensi terus berada dalam siklus kekerasan yang sama.













