COBISNIS.COM-JAKARTA-Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berupaya mendorong ekspor nasional di tengah pandemi Covid-19 terutama makanan olahan.
Hal tersebut seperti yang beberapa kali ditegaskan Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto dalam berbagai kesempatan.
Menurut Mendag Agus, kondisi pandemi Covid-19 tetap mampu memberikan celah-celah peningkatkan pangsa ekspor produk-produk tertentu, salah satunya makanan olahan.
“Ekspor makanan olahan sangat berpotensi meningkat di masa pandemi, mengingat makanan olahan menjadi salah satu kebutuhan utama selama karantina akibat pandemi dan juga saat memasuki era normal baru,” ujar Mendag.
Untuk itu, Direktur Jenderal Pengambangan Ekspor Nasional, Kasan, aktif melakukan kunjungan dan pertemuan dengan beberapa pelaku usaha makanan olahan untuk memperoleh informasi langsung dampak Covid-19 bagi aktivitas ekspor produk makanan olahan.
“Pertemuan-pertemuan ini bertujuan untuk menggali informasi guna memetakan peluang dan tantangan ekspor produk andalan Indonesia, dalam hal ini produk makanan olahan, di masa dan pasca pandemi Covid-19. Hasil pertemuan ini juga akan dijadikan masukan dalam pengelolaan informasi pasar dan produk ekspor untuk melayani pelaku usaha dalam bentuk meja bantuan (help desk) di Kemendag,” jelas Kasan pertemuan dengan jajaran PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada hari ini, Jumat (12/6).
Pada pertemuan tersebut Kasan menjelaskan, adanya pembatasan sosial atau karantina wilayah tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha di Indonesia.
Namun demikian, hal tersebut jangan sampai menyurutkan semangat para pelaku usaha dalam melakukan ekspor, mengingat pemerintah telah memberikan berbagai kebijakan strategis untuk mendorong kinerja perdagangan.
“Kemendag terus melakukan berbagai kebijakan mendorong ekspor, seperti meningkatkan fasilitasi dan pelayanan informasi ekspor, serta melakukan promosi ekspor dan penjajakan kesepakatan dagang (business matching) secara virtual melalui perwakilan perdagangan. Selain itu, Kemendag juga melakukan pelatihan ekspor secara virtual bekerja sama dengan lembaga dari negara mitra dalam upaya mendorong kinerja perdagangan di era normal baru,” jelas Kasan.
Ia mengungkapkan, pada kunjungan tersebut diperoleh informasi bahwa pada masa pandemi Covid-19, PT Indofood mengalami peningkatan permintaan produk unggulannya berupa mi instan, baik di dalam negeri maupun di pasar ekspor.
Namun dengan adanya beberapa protokol penanganan Covid-19, seperti jaga jarak (physical distancing), keterbatasan pada aspek transportasi, dan karantina wilayah di beberapa negara, memberikan imbas pada penurunan kapasitas produksi dan penambahan biaya produksi. Kendala lainnya datang dari aspek pemenuhan bahan baku, baiklokal maupun impor yang juga terganggu akibat Covid-19.
Untuk itu, lanjut Kasan, Kemendag akan berupaya meminimalisasi hambatan ekspor dari sisi kebijakan dan memperlancar aspek perdagangan di dalam negeri yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan untuk ekspor. Kemendag juga akan memaksimalkan peran perwakilan perdagangan di luar negeri untuk memfasilitasi para pelaku ekspor nasional.
“Kemendag berkomitmen untuk terus memfasilitasi pelaku usaha untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor. Informasi yang kami dapatkan dari kunjungan ini tentu juga akan menjadi bahan masukan dan pertimbangan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan terkait ekspor. Kemendag beserta para perwakilan perdagangan di luar negeri pun terbuka jika ada pelaku usaha yang ingin mencari peluang maupun mengalami hambatan dalam aktivitas ekspor,” pungkas Kasan.
Kinerja Perdagangan Indonesia
Pada periode Januari–April 2020, neraca perdagangan Indonesia menunjukkan surplus sebesar USD 2,2 miliar. Capaian kinerja perdagangan ini cukup menggembirakan di tengah pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia.
Sementara itu, untuk produk makanan olahan Indonesia, pada periode Januari–April 2020 berhasil mencatatkan nilai ekspor sebesar USD 1,32 miliar atau meningkat 7,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Negara tujuan utama ekspor produk makanan olahan Indonesia pada periode Januari–April 2020 yaitu Amerika Serikat sebesar USD 293,6 juta (22,11 persen), Filipina USD 161,4 juta (12,15 persen), Malaysia USD 101,6 juta (7,65 persen), Singapura USD 74,9 juta (5,64 persen), dan Jepang USD 71,9 juta (5,41 persen).