JAKARTA, Cobisnis.com – Calon senator AS, Jake Lang, memicu kontroversi saat aksi anti-Islam di Dearborn, Michigan. Dalam insiden yang terekam kamera, Lang diduga mencoba membakar salinan Al-Qur’an di tengah unjuk rasa yang dihadiri komunitas Muslim-Amerika.
Lang terlihat memegang cairan korek api dan melemparkan kitab suci tersebut ke tanah. Seorang jurnalis Amerika-Lebanon, Abbas Abu Khader, dengan cepat mengambil Al-Qur’an sebelum sempat terbakar, menahan potensi eskalasi insiden.
Selain itu, Lang sempat menampar bungkusan daging babi ke Al-Qur’an, memicu kericuhan di antara para pengunjuk rasa dan warga setempat. Aksi ini berlanjut hingga pertemuan Dewan Kota Dearborn, di mana Lang menyampaikan pernyataan bernada rasis dan xenofobia, menyinggung teori konspirasi yang telah dibantah.
Lang secara terbuka menyatakan kepada perwakilan terpilih, termasuk Muslim, bahwa mereka “tidak diinginkan” di negara tersebut. Ia juga menuduh imigran kulit putih diusir sementara imigran kulit non-putih “berkembang biak lebih cepat”.
Jake Lang pernah mendapat pengampunan dari mantan Presiden Donald Trump terkait keterlibatannya dalam penyerbuan Gedung Capitol 6 Januari 2021. Insiden ini menyoroti meningkatnya ketegangan dan retorika anti-imigran di tengah kampanye politik AS.
Warga Dearborn, kota dengan komunitas Muslim-Amerika besar, menyatakan kekhawatiran atas keselamatan dan ketertiban publik setelah aksi ini. Beberapa lembaga lokal mulai meninjau langkah keamanan dan protokol pengawasan unjuk rasa.
Para aktivis hak sipil menegaskan bahwa tindakan membakar simbol agama adalah pelanggaran serius terhadap hak kebebasan beragama dan dapat memicu konflik sosial lebih luas.
Insiden ini menambah daftar kontroversi politik yang melibatkan kandidat partai kanan di Amerika Serikat, terutama menjelang pemilihan mendatang. Publik dan media internasional memantau respons resmi dari aparat keamanan dan penyelenggara kampanye.
Langkah cepat jurnalis dalam menyelamatkan Al-Qur’an mendapat pujian luas dan menjadi sorotan media global, menekankan pentingnya keberanian individu dalam mencegah tindakan provokatif.
Kasus ini kembali menegaskan bahwa ketegangan sosial dan retorika politik ekstrem dapat menimbulkan risiko nyata di lapangan, sekaligus menekankan peran media dalam melindungi hak-hak publik.














