JAKARTA, Cobisnis.com – Menjelang dua tahun kita menghadapi masa pandemi, aktivitas perkantoran dan sekolah berangsur kembali ke normal dengan mulai kembalinya para pekerja ke WFO (work from office) dan begitu juga dengan anak-anak sekolah. Meskipun pandemi masih terkendali saat ini, kita masih tetap perlu waspada seiring dengan meningkatnya pertemuan dengan kolega atau interaksi anak sesama temannya di sekolah, dan keramaian di tempat umum yang membuat menjaga jarak sulit dilakukan.
Tak dapat disangkal, hal ini menyebabkan kekhawatiran karena virus COVID-19 belumlah usai, meskipun banyak warga yang telah divaksin. Bukan hanya virus COVID-19 saja, memasuki masa pancaroba ini kita juga perlu waspada terhadap virus flu, batuk dan pilek, dan penyakit lainnya yang sering menyerang daya tahan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kekhawatiran dan kecemasan dalam keluarga selama pandemi ini belum dinyatakan usai. Apalagi, para pekerja tetap harus produktif meskipun cuaca saat ini sedang pancaroba.
Dengan berangsur pulihnya aktivitas perekonomian dan sekolah, maka tubuh kita pun kembali menyesuaikan diri dengan gaya hidup sebelum pandemi yang bisa mengurangi kekuatan imun tubuh, seperti: duduk berjam-jam di kantor, kurang bergerak, menurunnya aktivitas olahraga seiring dengan bertambahnya jam kerja, kurang istirahat, dan bertambahnya pertemuan fisik dengan orang-orang yang secara keseluruhan bisa membuat imunitas tubuh kita bertambah rentan terhadap infeksi penyakit ringan. Demikian juga dengan anak-anak yang mulai kembali ke sekolah dan kembali bersosialisasi dengan lingkungannya.
Duduk terlalu lama terbukti menurunkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh. Seiring waktu, terlalu banyak duduk dan menghindari olahraga dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Selain duduk berjam-jam, menurunnya aktivitas berolahraga juga dapat berdampak pada kekebalan tubuh. Otoritas kesehatan, seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan World Health Organization (WHO), masih mendorong semua orang untuk olahraga teratur. Selain meningkatkan kesehatan mental, tinjauan ilmiah 2019 di Journal of Sport and Health Science, menemukan bahwa olahraga dapat meningkatkan respons imun, menurunkan risiko penyakit, dan mengurangi peradangan .
Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Alergi Imunologi menjelaskan “Walaupun kondisi pandemi semakin membaik dan banyak masyarakat telah menerima vaksin, namun janganlah lengah dan tetaplah berupaya yang terbaik untuk menjaga kesehatan dengan terus mengoptimalkan daya tahan tubuh kita. Apalagi imunitas berfungsi penting sebagai garda pertama kesehatan fisik kita. Selain aktif berolahraga dan pola makan sehat, asupan suplemen yang tepat bisa melengkapi upaya kita mengoptimalkan kesehatan tubuh kita.”
Salah satu suplemen yang dapat dijadikan pilihan adalah Rhea Health Tone. Kandungan bahan-bahan herbal seperti Bunga Kacapiring, Minyak Mur, Kemenyan India, Adas, Wortel Liar, dan Olive Oil juga memiliki fungsi anti inflamasi, anti bakteri serta antioksidan yang terdapat pada Rhea Health Tone telah terbukti melalui uji klinis efektivitasnya dalam meningkatkan imun yang dilakukan oleh Rhea Sciences Indonesia bekerjasama dengan Prodia.
Uji klinis multisenter dan randomized Rhea Health Tone yang dilaksanakan di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Jakarta dan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung untuk mengetahui efikasi dan keamanan penggunaan Rhea Health Tone untuk membantu pemulihan pasien COVID-19, hasil uji klinis menunjukkan pemberian Suplemen Rhea Health Tone Oil dapat mempersingkat masa rawat inap pasien COVID-19 dengan gejala ringan hingga sedang dengan masa rawat inap maksimum yang lebih singkat (17 vs 39) hari.
Suplemen Rhea Health Tone juga menunjukkan perbaikan parameter IL-6 dan IFN gamma yang signifikan secara statistik, sehingga untuk penyintas COVID-19 dapat menghindari terjadinya badai sitokin; konversi PCR dari positif ke negatif yang lebih banyak dalam kurun waktu yang sama; status klinis subjek yang lebih baik terutama laju pernapasan, dan pengamatan rontgen dada. Disamping itu, Suplemen Rhea Health Tone tidak memiliki efek samping pada ginjal dan hati, sehingga penggunaannya aman untuk membantu terapi pasien COVID-19 kategori ringan dan sedang.
Yosua Tjajadi selaku Head of Sales & Marketing PT. Rhea Sciences Indonesia menjelaskan lebih lanjut, “Uji klinis yang membuktikan efektivitas Rhea Health Tone dalam membantu pemulihan pasien COVID-19, juga turut memberikan validasi secara sains mengenai efektivitas kandungan minyak esensial alami yang ada dalam produk kami dalam menjaga imunitas tubuh, yang kita butuhkan untuk melindungi tubuh dari penyakit ringan seperti flu, batuk dan pilek, sebagai contohnya. Rhea Health Tone juga lebih mudah diserap tubuh karena berbentuk minyak esensial dan aman digunakan dalam jangka waktu panjang dengan fungsinya sebagai imunomodulator – yang bekerja dengan merubah respon tubuh kita sendiri terhadap ancaman seperti virus dengan kandungan bahan alami.”
Rhea Health Tone telah mendapatkan izin BPOM dan sertifikat halal dari MUI. Rhea Health Tone aman dikonsumsi untuk usia lima tahun keatas. Ibu hamil dan ibu menyusui harap berkonsultasi dulu dengan dokter apabila ingin mengkonsumsi Rhea Health Tone.
Sejak Oktober 2021, Rhea Health Tone telah diproduksi dalam negeri untuk memudahkan konsumen membeli Rhea Health Tone dengan harga yang lebih terjangkau serta dapat menemukannya di apotik, Watson dan e-commerce favorit Anda.
Dalam rangka menyambut Hari Belanja Nasional pada tanggal 12 Desember mendatang, Rhea Health Tone memberikan promo menarik dengan diskon khusus kepada para customer di seluruh Indonesia dengan memberikan promo untuk pembelian Rhea Health Tone di e-commerce favorit Anda.
“Rhea Health Tone melanjutkan upayanya untuk terus mengedukasi pelanggan di kota-kota lain di Indonesia. Kami ingin membangun kesadaran di masyarakat bahwa menjaga imunitas tubuh penting meskipun pandemi usai kelak hari, karena imunitas adalah garda pertama kesehatan tubuh kita. Rhea berharap upaya edukasi kami bisa merubah pola pikir masyarakat untuk tetap berkomitmen dan melanjuti perubahan gaya hidup sehat yang telah mereka mulai semasa pandemi ini,” pungkas Yosua.